Tekad Pilar sudah bulat. Dia harus berusaha lebih keras untuk membantu Rian.
Namun, sejak malam setelah mereka kembali dari makamnya, Rian tak lagi muncul di depan Pilar. Mungkin Rian sudah putus asa dan merasa Pilar tidak akan bisa membantunya. Jadi kini harus Pilar yang aktif berusaha mencarinya dan Pilar yakin Rian pasti berada di dekat papanya. Itu sebabnya, walau sedang tidak enak badan, Pilar tetap pergi ke Dusk9 untuk berusaha mencari Rian.
Malam ini lebih ramai dibandingkan beberapa hari lalu ketika Pilar pertama kali datang. Pilar berjalan mengelilingi kafe mencari Papa Rian tapi tidak ditemukannya.
“Pilar?”
Pilar menengok saat mendengar suara seorang perempuan memanggilnya dari arah belakang. Sama sekali tak terpikir olehnya di sana akan ada Kristal. Wanita cantik yang terang-terangan menunjukkan ketertarikannya itu terlupakan begitu saja.
“Hai.” Pilar berusaha terlihat wajar.
“Lu nggak pernah nelpon balik. Gue pikir gue nggak akan pernah ngelihat lu lagi. But here you are.”
Pilar mencoba mengingat obrolan mereka via telepon waktu itu dan Pilar sangat yakin dia tidak pernah berjanji akan menelepon balik. Tapi dari gelagatnya sepertinya Kristal mengira Pilar khusus datang ke Dusk9 untuk bertemu dengannya. Pilar tidak sampai hati untuk jujur. Jadi yang Pilar katakan adalah, “Iya, sori nggak ngabarin.”
Kristal mengajaknya mengobrol di sebuah meja. “Lemon tea 2, ya” kata Kristal kepada pelayan sambil sedikit tersenyum meledek Pilar.
“Ngeledek?” tanya Pilar sambil tersenyum.
“Nggak. Lagi pengen aja,” sanggah Kristal.
Selama mereka mengobrol di meja tersebut, Kristal berinisiatif untuk menceritakan tentang dirinya. Ternyata dia bukan bartender. Justru dia adalah anak pemilik Dusk9. Usianya baru 28 tahun. Setahun lebih muda daripada Intan. Setelah dia menyelesaikan kuliahnya di jurusan bisnis di Amerika, Papinya yang bule itu menyuruh Kristal mengurus Dusk9 sebagai langkah awal sebelum nantinya dipercaya memegang bisnis lainnya.
“Pantes aja gayanya bule banget. Cewek Indonesia mana berani ngajak kenalan duluan dan agresif begini,” pikir Pilar dalam hati.
“Enough about me, lu cerita dong soal elu,” pinta Kristal.
“Gue kagum lho. Meskipun elu anaknya owner tapi lu benar-benar kerja dan turun tangan. Terus, ini kan hari minggu tapi lu di sini. Bisa aja kan lu pergi ke mana kek sama teman-teman lu.” Pilar tidak suka mem-bicarakan dirinya. Dia sengaja mengarahkan obrolan kembali tentang Kristal.
“Heii.., gue bukan daddy’s little girl yang bisanya minta uang doang.”
“Hahaha.. oke, gue percaya.”