Pagi ini di kantor, teman-teman Pilar terlihat kasak-kusuk di sekitar meja Pilar. Tapi mereka langsung bubar dan kembali ke meja masing-masing ketika salah satu dari mereka berdeham memberi sinyal bahwa Pilar sudah datang.
Sebuah paket menyerupai kotak makan tergeletak di meja Pilar. Tapi yang membuat paket itu menarik perhatian adalah karena di atasnya dihiasi setangkai mawar biru segar dan disertai kartu.
“Ini gue lagi dikerjain sama anak-anak, ya?” tanya Pilar pada Fina.
“Bukan anak-anak kok. Tadi ada kurir yang nganter ke sini.” Fina berusaha tidak terdengar cemburu walau ekspresi wajahnya cukup kentara.
Pilar langsung tahu paket ini dari Kristal. Tapi teman-temannya pasti mengira ini dari Intan. Dulu Intan memang selalu menyediakan sarapan atau buah untuk Pilar. Paket itu dibuka. Isinya nasi goreng dengan lauk ayam goreng, kornet, sosis, telur dadar, telur ceplok.
Pilar menunduk membaca pesan yang tertulis di kartu, “Aku belum tau apa yang kamu suka dan apa yang kamu nggak suka. Jadi aku kasih aja semuanya. Yang dimakan yang kamu suka aja. Tapi makan ya. Semalam kamu pucat.”
Pilar tersenyum melihat usaha Kristal dan perhatiannya. Lalu, dia kembali mendongak. Teman-temannya yang sedari tadi diam-diam melongok dari meja masing-masing karena penasaran pun langsung berpura-pura kerja.
Pilar mengambil ponsel dari kantong celananya untuk mengirim pesan teks ke Kristal untuk berterima kasih, tapi dia mengurungkan niatnya. Dia tidak mau membuat Kristal salah sangka dan merasa punya kesempatan.
“Makan yuk, Fin.”
“Thanks, gue udah sarapan. Lu kok pucat sih?”
“Iya nih, masuk angin berat gue.”
“Oo...” Fina berusaha fokus bekerja, tapi dia tidak bisa menahan dirinya dan pertanyaan ini langsung meluncur dari mulutnya, “Itu dari Intan?”