Kini justru Pilar yang tidak sabar ingin bertemu Rian untuk memberi tahu kabar gembira soal informan mereka. Andai setan bisa punya ponsel, pasti komunikasi mereka bisa lebih mudah.
Setelah merapikan materi syuting untuk besok, Pilar langsung bergegas pulang. Tapi di perjalanan, langit makin mendung, kilat mulai menyambar, dan tak lama kemudian hujan deras turun. Pilar menepi, lalu turun dari motornya untuk memakai jas hujan dan memasukkan tas selempangnya yang hanya berisi dompet, ponsel, charger, dan flashdisk ke bagasi motor. Ketika bagasi motor dibuka dan Pilar mengeluarkan jas hujannya, dia melihat sarung tangan berwarna magenta yang biasa dipakai Intan.
“Kamu di mana, Mbel? Hujan. Jangan malas pakai jas hujannya ya, nanti kamu sakit.”
Pilar malah mencemaskan kesehatan Intan padahal justru dia sendiri yang sedang tidak enak badan.
Hujan turun tanpa ampun. Gigi Pilar gemeretak kedinginan, dia mulai batuk-batuk dan kepalanya terasa berat. Tapi dia tidak langsung pulang.
Laju motor perlahan melambat dan akhirnya berhenti di depan rumah Intan. Pilar mendongakkan kepalanya dan melihat lampu di kamar Intan di lantai atas sudah menyala. Artinya Intan sudah pulang. Pilar merasa lebih tenang.