Tatkala

@mahartania__
Chapter #21

Hak untuk Cemburu

Kristal membawakan banyak sekali makanan dan buah. Dia meletakkannya di meja dan dia langsung menyadari ada foto Intan di sana. Tanpa permisi, Kristal mengambil foto itu dan memandanginya.

Pilar hanya diam sambil duduk di pinggir kasurnya. Dia tahu mungkin menyakitkan bagi Kristal untuk melihat foto Intan berada di sana.

Kristal lekas mencoba menghalau rasa cemburu yang menusuk di dadanya. Dia meletakkan kembali foto itu dan menarik kursi untuk duduk di samping kasur Pilar dan mengalihkan topik, “Nenek kos kamu baik banget, ya. Kayaknya dia peduli banget sama kamu.”

Pilar tersenyum, “Iya, bubur itu juga Nenek yang beliin.”

“Kok nggak dihabisin? Aku suapin ya,” kata Kristal sambil mengambil mangkok dari meja kecil.

Tapi Pilar langsung menolak, “Gue makan sendiri aja,” katanya sambil meminta mangkok bubur itu dari tangan Kristal.

Pilar tidak mau ada tangan selain tangan ibunya dan Intan yang menyuapinya. Ya, dulu Intan memang sering menyuapi Pilar kalau dia sedang sibuk bekerja sampai lupa makan atau saat dia sekadar sedang manja.

 

Mata Kristal tertuju pada sesuatu. Pilar melihat ke arah yang dilihat oleh Kristal; sarung tangan motor berwarna magenta milik Intan.

“Aku antar ke rumah sakit yuk. Kamu dirawat di sana aja biar lebih cepat sembuhnya.” Walau Kristal berusaha terdengar meyakinkan, tapi Pilar tahu Kristal hanya ingin dirinya keluar dari kamar yang berisi benda-benda yang mengingatkannya pada mantan kekasihnya.

“Gak usah. Gue cuma perlu istirahat aja kok.”

 ***

 Jakarta sedang macet. Itu bukan hal baru. Tapi Kristal menginjak gas mobilnya hingga menderu seperti ingin balapan. Padahal setiap kali bergerak, paling dia hanya bisa maju beberapa meter saja dan sebenarnya dia tidak sedang terburu-buru untuk tiba di suatu tempat. Emosinya sedang tidak stabil.

“Warnanya magenta. Itu nggak mungkin punya kamu. It’s hers isn’t it?” Kristal berbicara sendiri di mobil dan dia marah pada dirinya sendiri karena dia tahu dia tidak punya hak untuk cemburu apalagi untuk marah.

 ***

 Keesokannya Pilar sudah cukup kuat untuk bekerja. Sebelum ke kantor, dia berniat untuk mampir ke rumah Papa Rian. Tapi dari luar pagar dia bisa melihat mobil Papa Rian sudah tidak ada di garasi, berarti dia sudah berangkat dan kemungkinan Rian juga tidak ada di situ.

“Ntar malam gue coba ke Dusk9 lagi aja deh,” pikir Pilar dalam hati.

Lihat selengkapnya