"Maya.. Kamu jangan pergi nak, sudah... Sudahi pekerjaan kamu itu, cari pekerjaan lain..." teriak nenek Maya sambil berusaha mengejar cucunya yang berjalan keliar dari rumah sederhana mereka. Maya sama sekali tak menghiraukan teriakan neneknya itu, bahkan dia tak kasihan dengan langkah neneknya terpincang-pincang berusaha menahan kepergian cucunya.
Maya sudah berdandan cantik dan memakai pakaian se*si. Wajahnya memang sangat mempesona hingga membuatnya dengan mudah menarik pelanggan, di tambah bentuk tubuhnya yang sangat indah dengan lekukan yang mengg0da, membuat Maya menjadi salah satu primadona para laki-laki.
Maya menghampiri temannya yang sedang menunggunya di depan rumah, bersiap untuk berangkat ke sebuah diskotik tempatnya bekerja.
"Eh, maaf ya gue lama." ucap Maya pada Marisa.
"Iya, ayo kita berangkat, nanti bos marah, lagi..." ucap Marisa.
Baru saja mereka melangkahkan kakinya beberapa langkah dari depan rumah, sang nenek muncul dari ambang pintu sambil menangis.
"Mayaa ... Kembali nak, jangan pergi..."
Marisa menatap sang nenek dengan tatapan iba, sedangkan Maya malah memutar bola matanya malas.
"Ayo ah, nanti repot lagi kalau sampai para tetangga datang." ucap Maya sambil menarik tangan Marisa.
Marisa hanya terdiam, dia pasrah saja saat Maya menarik tangannya, sedangkan tatapannya masih belum teralihkan dari nenek Maya.
"May, kenapa nenek lho ?" tanya Marisa sambil berjalan.
"Gak tau, gak biasanya nenek rewel kaya gitu. Biasanya juga dia gak pernah peduli pas gue mau berangkat kerja. Memang sih, nenek dari dulu melarang gue bekerja kaya gini, bahkan nih ya... Nenek gak pernah mau tiap gue beliin makanan buat dia. Katanya dari uang haram lah, penyebab penyakit lah. Hah...."
Marisa terdiam mendengarkan ucapan Maya. Jelas saja, orangtua mana yang rela kalau keturunannya melakukan pekerjaan hina seperti itu. Tapi walau begitu, karena tarif dan juga ketenaran yang sudah di atas rata-rata pasti membuat Maya tak pernah berfikir untuk berhenti dari pekerjaannya.
"Oh iya, lho udah bawa B-Erl pesanan gue, gak ??" tanya Maya membuyarkan suasana yang begitu hening antara keduanya.
"Oh, ada kok. Masa iya gue lupa. Nanti lho gagal nge- glazed skin dong..." ucap Marisa sambil terkekeh
"Ya iyalah, nanti turun level dong ketenaran gue. Makanya, penampilan itu yang paling penting !" ucap Maya sambil meraih bungkusan yang di serahkan Marisa.
"Iya dehh iya, secara gituh kan yang orang liat pertama kali itu wajah. Baru, setelah liat wajahnya liat-liat yang lainnya." tambah Marisa
Setelah sampai di tepi jalan, Marisa dan Maya pun menghentikan angkot, jam tujuh malam memang masih berseliweran angkutan umum di jalan besar.
Beberapa menit kemudian, angkot berhenti di sebuah persimpangan jalan.
Maya dan Marisa segera turun dan membayar ongkos.