Hari itu pun tiba. Saatnya bagi Dafa, Zidan, dan Gege kembali ke Amerika. Dafa sengaja memesan tiket pada hari Minggu agar Sita, Fara, dan Mira bisa mengantar mereka. Fara menawarkan diri untuk menjemput semuanya, jadi mereka ke bandara hanya menggunakan 1 mobil.
Sampailah mereka di bandara. Jadwal keberangkatan masih 1 jam lagi. Mereka memilih menunggu di sebuah kafe dekat situ. Setelah memesan kopi dan camilan, mereka pun bercakap-cakap.
"Ga terasa ya. Waktu 2 minggu berlalu begitu cepat. Aku masih betah di sini," kata Gege.
"Iya. Aku juga enggan meninggalkan kota ini." Dafa menambahkan.
"Makanya, kalian harus cepet beresin kuliah, lalu balik lagi ke sini." Ujar Fara.
"Iya, kuliah yang bener. Jangan main-main, umur dah semakin menua, fokus." Mira menambahkan.
"Yang semangat kuliahnya, kejar mimpi kalian, lalu balik ke sini," Sita yang dari tadi hanya terdiam, akhirnya buka suara juga.
Dafa dan Zidan yang mendengar Sita berbicara seperti itu, berbarengan mengeluarkan senyuman.
Ketiga perempuan itu tak henti memberi petuah dan nasihat sebelum ketiga lelaki itu berangkat. Lalu mengalirlah obrolan-obrolan random di antara mereka. Semuanya tersenyum dan berusaha terlihat baik-baik saja. Padahal di dalam hati mereka, sebenarnya mereka sedih.
Saat ada pengumuman bahwa sebentar lagi pesawat akan berangkat, mereka mulai memakai ransel masing-masing dan bersiap masuk ke dalam.
Saat akan pergi, terdengar langkah kaki mendekat. Langkah seorang wanita. Ya, dia adalah Wina. Semua bingung, kok bisa Wina tahu mereka akan berangkat hari ini.
Wina pun menghampiri Zidan.
"Kamu ga akan pamitan sama aku Zi?"
"Ga sempet," Zidan hanya menjawab seperlunya.
"Ga apa. Yang penting aku kan udah di sini." Grep, tanpa diduga, Wina memeluk Zidan. Gerakan spontan Wina membuat Zidan terdiam mematung. Seakan membeku di tempat.
Melihat itu, spontan Dafa menggandeng tangan Sita.
"Yuk temen-temen, kita bersiap."
Yang lain pun mengikuti Dafa yang berjalan sambil menggandeng Sita. Sadar ditinggalkan teman-temannya, Zidan melepaskan pelukan Wina.
"Aku pergi dulu."
"Hati-hati ya Zi. Save flight." Kata Wina sambil melambaikan tangan. Zidan bergegas menyusul teman-temannya. Dari belakang, dia melihat Dafa menggandeng Sita.
Setelah bisa menyusul teman-temannya, Zidan mengatur napasnya yang memburu akibat sedikit berlari. Baru saja mengatur napasnya, dia melihat Dafa memeluk Sita. Bertambah sesaklah dadanya. Sakit.