Tawa di Antara Sejuta Lara

Evika Dewi Susana
Chapter #11

Bab 11 Sesal

Keesokan harinya, Zidan ga pergi ke kampus. Hatinya tidak baik-baik saja. Dia hanya merenung. Gege pun kebetulan ga ada kuliah. Jadi mereka bermalas-malasan di apartemen.

"Zi, kamu ga ke kampus ?"

"Males ah. Aku ga enak badan."

"Tumben. Lagi ada masalah?"

"Ge, aku mau nanya ma kamu. Tapi jawab yang bener ya. Dafa ada hubungan ya sama Sita?" Zidan langsung to the point.

"Setahu aku sih, ga ada hubungan apa-apa. Kamu kan tahu sendiri dari SD mereka sangat dekat."

"Tapi sekarang terasa berbeda Ge."

"Terus, kalo memang mereka ada hubungan, ga masalah kan? Kamu kan udah memutuskan tidak ada hubungan lagi dengan Sita, baik di masa lalu maupun masa sekarang."

"Aku memang sudah memutuskan seperti itu, tapi hati kecilku tak bisa dibohongi. Aku sakit hati melihat Dafa dan Sita. Sesak Ge. Aku harus bagaimana?"

"Kamu yakinkan dulu dirimu sendiri, apakah kamu masih memiliki perasaan padanya atau hanya obsesi saja ga mau terkalahkan oleh Dafa."

"Aku juga masih bingung. Tapi terus terang, setiap melihat status Dafa, sesaknya ga berkurang."

"Kamu yakinkan dirimu dulu. Baru setelah ada hasilnya, kamu putuskan langkah yang harus kamu ambil. Kasihan Sita. Bertahun-tahun terluka karenamu. Apa kamu masih tega menyakitinya sekarang?"

"Tapi aku juga tersiksa Ge. Rasa kecewa ini masih ada. Sakit."

"Aku ga mau sampai persahabatan kita rusak Zi. Putuskan secepatnya. Lalu bicarakan baik-baik dengan Dafa."

Setelah itu, Zidan pamit masuk ke kamarnya. Dia merenungi semuanya. Apakah dia menyesal? Kenapa penyesalan selalu datang terlambat. Akhirnya, dia memutuskan untuk mengirim pesan pada Sita.

"Pa kabar Ta? Udah lama ga ngobrol."

Sita yang saat itu sedang makan malam bersama Dafa, melirik ponselnya. Lalu membuka pesan dari Zidan. Dua hari lagi Dafa kembali ke Amerika. Dafa ingin menghabiskan waktu bersama Sita, sekedar makan atau jalan-jalan sepulang Sita kerja.

Aneh banget, ngapain dia masih mengirimkan pesan, pikir Sita. Tapi jauh di lubuk hatinya yang paling dalam, Sita masih menyimpan rasa itu, hanya untuk Zidan. Hanya saja Sita simpan rapat-rapat, Sita takut dia akan terluka lagi. Sita pun membalas pesan Zidan secukupnya.

"Kabarku alhamdulillah baik."

"Kabarku kurang baik, entah kenapa aku kepikiran kamu terus."

Deg. Pesan dari Zidan membuat Sita termenung. Apa yang harus dia jawab.

Lihat selengkapnya