Sedangkan di luar ruangan, Reno bercakap-cakap dengan Jason. Reno sengaja ga masuk barengan ke ruangan, dia ingin membicarakan sesuatu dengan Jason. Mungkin ini waktu yang tepat, pikir Reno.
"Saya harap, kamu berhenti mendekati Fara. Dia tidak memiliki perasaan apa-apa padamu." Jason terdiam. Perkataan Reno memang benar. Dia tak bisa mengelak.
"Saya harap kamu paham. Saya dan Fara saling mencintai. Tolong jangan ganggu hubungan kami."
"Baik." Hanya itu jawaban Jason. Pikirannya kalut, dia masih mengkhawatirkan Prilly. Tetapi, Prilly benar-benar mengabaikannya.
"Jika kamu ingin memulai sebuah hubungan dengan seseorang, lupakan Fara. Jangan sampai kamu menyakiti seseorang itu." Jason tahu ke arah mana pembicaraan Reno, yaitu pada Prilly.
"Aku tahu dari Fara, kalo Prilly menyukaimu. Masih belum terlambat untuk menyadari perasaanmu padanya. Pikirkan baik-baik." Kata Reno, lalu masuk ke dalam ruangan.
"Hai Prilly, bagaimana keadaanmu? Sudah membaik sepertinya." Sapa Reno.
"Iya. Sudah membaik, makasih ya udah dateng ke sini." Jawab Prilly.
"Sama-sama. Teman Fara, adalah temanku juga. Semoga cepet pulih seperti sediakala." Kata Reno.
"Makasih."
Tak lama, Siera masuk ke dalam ruangan.
"Udah makannya?" Tanya Prilly.
"Udah. Kamu mau makan?" Tanya Siera.
"Belum laper." Jawab Prilly.
"Kalo begitu, kita pamit ya mbak, semoga cepet sembuh. Ayo Ta, Mir," ajak Fara.
"Kami berdua pamit ya mbak, semoga cepet sehat."
"Makasih."
Mereka berempat pun keluar dari ruangan. Mereka masih melihat Jason tetap di tempatnya. Belum beranjak.
"Kita duluan." Kata Reno.
"Oke." Jawab Jason.
Keempatnya lalu keluar dari rumah sakit.
"Kita ke kafe depan itu yuk?" Ajak Fara.
"Boleh. Tapi sebelum magrib, dah harus pulang ya, aku juga harus anter Mira." Jawab Sita.
"Traktir ya." Kata Sita.
"Beres." Kata Fara.
Mereka masuk ke dalam kafe dan memesan camilan serta minuman. Lalu bercakap-cakap.
"Kamu tadi ngobrol apa ma Jason?" Tanya Fara.