Hari-hari Sita selalu disibukkan dengan pekerjaan. Bedanya sekarang, pekerjaan keluar kantor semua diserahkan pada Reno. Dia hanya mengerjakan pekerjaan di depan meja.
"Ta, aku hari ini keluar ama Pak Zein ya. Mau ke kantor Pak Redi."
"Oke."
"Berkasnya dah siap semua?" Tanya Reno.
"Ini. Udah aku siapin. Beberapa berkas juga dah aku siapin ya. Minggu depan aku cuti. Jangan lupa."
"Iya. Berkasnya kamu simpen di mejaku aza. Nanti aku rapikan."
"Oke. Jam berapa berangkat ke Buana Putra?"
"Satu jam lagi."
"Di sana pasti ada Risa. Ingat, jaga sikapmu." Kata Sita.
"Aku sebenernya males ke sana. Pasti ketemu ma dia."
"Semoga dia lagi di luar. Atau gini aza. Kamu minta Reza atau Bian ataupun Ricko untuk meminta Risa mengerjakan pekerjaan di lapangan. Cepet, mumpung masih ada waktu."
"Oh iya. Kamu bener. Bentar."
Reno pun menghubungi Bian.
"Bi, aku ada kunjungan dengan atasanku ke sana. Bisa kamu kondisikan Risa agar ke lapangan." Pinta Reno.
"Kamu mau ke sini. Kebetulan aku males keluar. Aku minta Risa aza yang ke lapangan."
"Makasih ya Bi."
"Sama-sama Ren. Jangan lupa traktir."
"Beres."
Reno pun sedikit lega.
"Udah bisa?" Tanya Sita.
"Udah. Harusnya Bian yang ke lapangan. Tapi dia meminta Risa yang ke sana."
"Ya udah bagus. Kamu jaga kantor dengan baik ya selama aku ga ada. Ingat, ga boleh ada yang keteteran."
"Siap bos. Aku titip Fara ya. Jangan sampai ada satu lelaki pun yang gangguin dia.
"Beres. Serahkan padaku." Kata Sita.
Tak lama Pak Zein menghampiri meja Sita.
"Dah siap Ren?"
"Udah pak."
"Berkasnya dah dibawa?"
"Udah semua pak."
"Sita, saya dan Reno berangkat dulu." Kata Zein.