Dafa dan Sita pun berpamitan ada yang lain. Mereka ingin menghabiskan waktu berdua saja. Dafa membawa mobil yang tadi disewanya untuk menjemput ke bandara. Saat di dalam mobil, Sita bertanya.
"Kita akan ke mana Daf?"
"Kamu pasti suka. Tempatnya deket kok. Cuma 20 menit dari sini. Kalo udah sampai, baru aku kasih tahu." Jelas Dafa.
"Baiklah. Kalo menurutmu tempat itu bagus, aku yakin pasti pilihanmu tepat." Jawab Sita.
"Iya. Kamu duduk manis aza sunshine. Sebentar lagi sampai kok. Pake jaketnya ya, ambillah di jok belakang." Kata Dafa.
Sita pun memakai jaketnya. Sedangkan Dafa, dari mulai masuk mobil, dia sudah memakai jaket. Setelah 20 menit, mobil pun sampai di sana. Ternyata, Dafa membawanya pergi ke sebuah pantai.
"Kamu membawaku ke pantai? Kamu tahu aza aku sangat suka pantai. Andaikan pagi atau sore, akan sangat menyenangkan melihat pemandangannya. Malam pun terasa indah." Kata Sita.
"Malam juga indah sayang. Lihat banyak bintang." Tunjuk Dafa.
"Iya. Indah banget sayang. Makasih ya." Kata Sita sambil menggenggam tangan Dafa.
Mereka berjalan menyusuri tepi pantai sambil bergandengan tangan. Ada beberapa orang yang masih betah berada di sana, tapi tidak seramai pagi atau sore.
"Kamu suka sayang?" Tanya Dafa.
"Suka."
Mereka pun duduk di pasir. Tanpa alas duduk. Biarlah, pikir Dafa, paling kotor sedikit. Sita menyenderkan kepalanya di bahu Dafa. Ah, sangat menenangkan dan nyaman, pikir Sita.
"Lukamu udah membaik? Atau masih lecet ?" Tanya Dafa.
"Sedikit lagi juga sembuh. Tinggal gatalnya."
"Jangan digaruk. Itu artinya mau sembuh. Lain kali hati-hati ya, fokus kalo sedang nyetir motor." Saran Dafa lembut.
"Iya. Aku mikirin ayah. Dia sudah bekerja keras selama ini. Aku ingin ayah istirahat saja menikmati masa tua dengan bahagia. Biar aku yang menggantikan tugasnya." Jelas Sita.
"Aku tahu. Tapi tetep harus fokus sayang. Keselamatan kamu nomor satu ya." Kata Dafa lagi.
"Iya."
"Sepertinya sudah saatnya ayahmu beristirahat. Bujuklah agar ayah agar mau pensiun." Saran Dafa.
"Aku dan bunda udah beberapa kali membujuk ayah. Tapi ayah itu keras kepala. Dia bilang masih sanggup bekerja." Keluh Sita.
"Bujuknya pelan-pelan sayang. Nanti juga ayah mengerti."
"Oke."
Setelah itu, tiba-tiba Dafa mengeluarkan sebuah kotak dari saku jaketnya. Dia langsung menembak Sita.