Tawa di Antara Sejuta Lara

Evika Dewi Susana
Chapter #61

Bab 61 Seandainya

Fara dan Zidan masih melanjutkan sarapan di butik Prilly sambil bercakap-cakap. Terasa sangat menyenangkan, pikir Zidan. Setelah sarapan, Fara lanjut melihat-lihat buku desain Prilly dan memperhatikan beberapa gaun yang terpanjang di sana. Dia duduk di meja potong memperhatikan buku sketsa Prilly, sedangkan Zidan dan Prilly masih duduk di sofa.

"Kamu sangat tertarik dengan dunia fesyen ya?" Tanya Zidan pada Prilly.

"Iya. Itu minatku dari dulu. Aku sangat menyukainya." Jawab Fara.

"Butikmu di Indo bagaimana?" Tanya Zidan.

"Aku udah nyerahin ke Siera. Aku juga masih sibuk nyari orang yang bisa dipercaya untuk memegang di sini. Setelah itu, mungkin aku akan mempertimbangkan untuk pergi dari sini."

"Balik ke Indo?"

"Mungkin. Atau kembali lagi ke Prancis. Entahlah, masih belum kuputuskan." Jawab Prilly.

"Kata Fara, butikmu di Indo udah best seller. Banyak pelanggannya. Aku dah lihat desainmu. Kemaren pas wisuda Dafa, Fara make rancanganmu. Bagus dan elegan." Kata Zidan.

"Sebelum aku membuat butik itu, aku memang udah ngeluarin beberapa desain secara online. Jadi saat butik dibuka, pelanggan lumayan juga. Berarti Fara emang suka desainku." Jawab Prilly.

"Kamu sendiri, setahun ke depan, mau balik kan ke Indo?" Tanya Prilly.

"Iya. Beres wisuda aku balik ke sana. Perusahaan ritel yang mami pegang, mau aku kembangkan." Jawab Zidan.

"Ga pegang perusahaan papa?" Tanya Prilly.

"Papi kerja di perusahaan orang. Beda perusahaan ama mami. Dia ga mau pegang perusahaan mami. Udah nyaman di perusahaannya." Jawab Zidan.

"Udah lama ya papimu kerja di sana?" Tanya Prilly lagi.

"Lumayan. Aku sih ga masalah mereka beda perusahaan. Yang penting mereka nyaman saat bekerja. Seperti kamu. Kelihatannya nyaman sekali dengan pekerjaanmu." Jawab Zidan.

"Iya. Aku sangat menyukai pekerjaanku. Tetapi, kadang bete juga kalo ada deadline mepet. Pelanggan yang buru-buru pengen cepet jadi. Atau yang rewel komplen ini itu." Imbuh Prilly.

"Resiko pekerjaan ya seperti itu. Aku juga harus mulai memikirkannya dari sekarang. Beberapa projek mamiku udah aku kerjain dari sini." Ujar Zidan.

"Mamimu ga kepikiran buka perusahaan di sini?" Tanya Prilly.

"Belum ada pikiran ke sana. Tapi bagus juga idemu." Kata Zidan sambil bergumam dalam hati, jadi aku ga harus balik ke Indo. Dan melihat mereka terus-terusan, pikir Zidan. Bagaimana aku melupakan Sita kalo terus ketemu, pikir Zidan.

"Tapi harus dilihat dulu prospeknya bagus atau enggak di sini Zi. Survei pasar dulu dan kroscek sekeliling. Apakah memungkinkan atau ga." Jelas Prilly.

"Kalo butikmu bagaimana di sini?" Tanya Zidan.

"Sejauh ini prospeknya bagus. Banyak mahasiswa yang memakai rancanganku. Aku sengaja buat di deket kampus. Pasarnya juga bagus. Untuk masalah harga, aku sesuaikan dengan kantong para mahasiswa. Beda dengan butik di Indo, itu untuk menengah ke atas." Jelas Prilly.

"Kamu udah memikirkannya dengan matang ya?" Tanya Zidan.

Lihat selengkapnya