Setelah sampai di apartemen, Mira menunggu Gege membuka kuncinya. Mereka pun masuk. Wajah Mira masih terlihat kesal. Dengan terengah-engah karena jalan yang terlalu cepat, Mira duduk di ruang makan dan langsung mengambil minum. Mati aku, pikir Gege.
"Sekarang, aku mau nanya. Ada lagi yang kamu tutupin dari aku? Selain Hera." Tanya Mira, pelan tapi sangat pedas.
"Ada beberapa perempuan yang mendekati aku. Tapi ya seperti kataku, itu ga penting. Aku ga pernah merespons."
"Berapa orang?" Tanya Mira lagi semakin sinis.
"Cuma lima sayang." Jawab Gege.
"Cuma kamu bilang, masalah seperti ini aza kamu ga pernah bilang ke aku."
"Sayang. Percayalah ma aku. Aku ga pernah respons. Nih, kalo ga percaya. Baca aza semua." Kata Gege menyerahkan ponselnya.
"Hera, Cindy, Aira, Abigail, dan Viona. Cari aza di antara semua chat." Jelas Gege pasrah. Dia sudah pasrah jika Mira ngamuk.
Mira pun membaca chat dari nama-nama yang disebutkan Gege. Semakin pias muka Mira. Dia bener-bener ga nyangka, banyak yang mengincar kekasihnya.
"Aku ga pernah kasih mereka lampu hijau sayang. Aku bukan Zidan, yang sering berganti-ganti pasangan. Walaupun aku tahu alasan Zidan melakukan semua itu, untuk melupakan Sita." Gege berkata dengan lesu.
"Aku udah baca semua." Kata Mira.
Gege mulai cemas. Walaupun nada suara Mira masih ketus, tapi agak sedikit melunak.
"Aku tahu kita baru mulai menjalin hubungan Ge. Tapi kamu harus tahu, kejujuran dalam mengawali sebuah hubungan, itu sangat diperlukan. Mau seperti apa masalahnya, bisa diselesaikan berdua." Kata Mira.
"Iya sayang. Maafin aku ya. Aku hanya merasa bahwa itu bukan sesuatu yang penting." Jawab Gege.
"Komunikasi itu penting Ge."
"Aku tahu. Sekali lagi, maafin aku ya sayang. Aku hanya merasa, kalo aku omongin semua ini, malah jadi membebani kamu. Kamu inget kasus Ricko? Saat itu, saat tahu dia menyukai kamu, aku langsung ingin terbang ke Indo. Untuk mencegah dia mendekatimu. Tapi, banyak hal yang harus aku urus di sini. Aku nyaris gila memikirkanmu sayang." Ujar Gege.