Sita pun mulai mengurutkan pekerjaannya. Sebentar lagi istirahat, pikirnya. Aku bisa rehat sejenak. Walaupun kerjaan banyak yang dihandle Reno, tapi tetep aza masih menumpuk. Tanpa Sita sadari, ada seseorang yang menghampirinya membawa sebuah buket bunga.
"Siang sayang. Mau makan siang bareng?" Sambil menyerahkan sebuah buket bunga mawar putih.
"Dafa. Very surprise sayang. Makasih ya bunganya." Kata Sita tersenyum merona.
"Sama-sama sayang. Yuk makan siang." Ajak Dafa.
"Ayo. Ke musola dulu ya, baru makan. Di kafe depan aza ya sayang." Kata Sita.
Mereka pun ke musola, setelah itu kembali ke meja Sita membawa sesuatu. Di saat bersamaan, Hendra dan Jason keluar dari ruangan Pak Zein. Mereka berniat pulang.
"Sita, saya pulang dulu ya." Kata Jason.
"Baik pak." Kata Sita.
Lalu Hendra pun berpamitan pada Sita. Hendra agak kaget, ada Dafa di sana. Hatinya bergejolak panas. Tapi dia berusaha menahannya.
"Hai Daf. Aku duluan ya. Yuk Ta, aku duluan." Kata Hendra.
"Oke." kata Sita dan Dafa bersamaan.
Setelah Jason dan Hendra berlalu dari meja Sita, barulah Dafa bertanya.
"Itu Jason BL?" Tanya Dafa.
"Iya. Hendra anak buahnya." Sita ga mau berpanjang lebar.
"Ada kerja sama ama MD?" Tanya Dafa.
"Aku ga tahu. Mereka ke sini ga sesuai jadwal Pak Zein. Di jadwal ga ada, kata Pak Zein, memang kunjungan dadakan." Kata Sita menjelaskan.
"Oh begitu. Yuk makan sayang." Mereka pun berjalan kaki menuju kafe terdekat. Sambil berpegangan tangan. Di lobi, Hendra dan Jason sedang menunggu sopir. Pandangan Hendra tertuju pada Sita. Dia terlihat sangat bahagia, gumamnya. Apakah aku sanggup merebutnya dari tangan Dafa?
"Hendra, kamu kenal sama Sita dan Dafa?" Tanya Jason.
"Saya kenal ama Sita, dikenalin ama Restu, pak. Kebetulan kemarin di Amerika, kita juga ketemu. Dia di sana bersama teman-temannya." Jawab Hendra.
"Fara ikut?" Tanya Jason.