Tak terasa, senja pun tiba. Sita melihat dari jendela ruang kerja Dafa. Tiba-tiba, ada yang memeluknya dari belakang. Ternyata Dafa udah dateng, pikir Sita, dikiranya Dafa akan lama di ruangan papanya.
"Senja akan selalu indah. Seperti kamu sunshine." Kata Dafa di telinga Sita, sambil memeluknya erat.
"Iyakah?" Tanya Sita.
"Iya. Senja sangat indah dan menawan. Sangat melambangkan kamu sayang. Aku suka melihat senja. Apalagi melihatnya bersamamu." Jawab Dafa.
Keduanya masih tetap dalam posisi seperti itu cukup lama. Tak lupa, Sita pun mengambil foto mereka berdua dengan berlatar belakang senja. Setelah senja tak terlihat, barulah Dafa berhenti memeluk Sita.
"Kita ke musola dulu sayang. Keburu aku khilaf, hehe." Ajak Dafa.
"Ayo." Keduanya berjalan menuju musola, setelah itu, mereka masuk lagi ke ruangan Dafa. Lalu, bersiap untuk pulang. Dafa memakai kembali jas hitamnya, sedangkan dasinya dia lepas. Dengan rambutnya yang basah, berbalut jas dan kemeja hitam, membuatnya tampak menawan. Sita memandanginya lama.
"Kenapa sayang?" Tanya Dafa.
"Kamu terlihat sangat tampan sayang." Jawab Sita.
"Makasih. Kamu juga menawan sayang. Yuk pamit dulu ke papa." Setelah itu, mereka berpamitan pada Danu, lalu menuju tempat parkir, tak lupa Dafa menenteng sebuah jaket.
"Kita makan dulu ya sayang. Ada resto yang lagi viral. Ga jauh dari sini." Kata Dafa.
"Oke. Aku ikut ke mana pun kamu pergi sayang." Kata Sita.
"Kalo ke kamar tidur, mau ikut juga?" Goda Dafa sambil melirik Sita dengan kerlingan nakal.
"Itu mah nanti sayang. Kalo kita udah halal." Jawab Sita.
Dafa pun terkekeh mendengar jawaban Sita. Lalu dia memasangkan Sita helm dan merapatkan ziper jaket Sita sampai atas.
"Kamu ga boleh kedinginan ya sayang." Kata Dafa. Lalu mulai naik ke motornya. Tak lama Sita menyusul, lalu memeluk Dafa. Mereka pun berlalu dari kantor Dafa menuju sebuah restoran. Mereka mencari tempat duduk yang nyaman, yaitu di pojok resto di sebuah sofa. Lalu mulai memesan dan menunggu.
"Sayang. Besok aku jemput lagi ya. Sepertinya tiap hari aku akan anter jemput kamu." Kata Dafa.
"Ga ngerepotin? Kamu nanti kesiangan terus. Jangan kasih contoh yang ga bener ama karyawan kamu sayang." Pinta Sita.
"Aku akan berangkat lebih pagi. Kerjaan juga aku usahain beres lebih cepat. Atau aku kerjain di rumah. Aku khawatir ama kamu sayang." Jawab Dafa.
"Baiklah kalo ga ngerepotin. Mungkin mulai besok Reyna bisa mulai pake motor aku. Sekolahnya juga ga terlalu jauh dari rumah. Kasihan ayah harus nganterin terus." Kata Sita.
"Bilang hati-hati ke Reyna ya sayang. Fokus saat nyetir motor. Jangan melamun." Kata Dafa.
"Iya. Nanti aku bilangin." Makanan pun datang, obrolan terhenti. Mereka pun mulai makan.