Lily termenung sambil rebahan di kamarnya. Dia masih teringat momen panasnya bersama Jason. Momen di mana dia merasakan melayang di awan. Ah, dia seperti remaja yang sedang mengalami pubertas. Begini rasanya jatuh cinta, gumamnya. Jatuh cinta dan ga bertepuk sebelah tangan.
Saat sedang termenung di ranjangnya, tiba-tiba ada pesan masuk dari Jason. "Nice dream sweetheart. Mimpiin aku ya. Aku masih di jalan. Lagi lampu merah."
Sontak pesan Jason membuatnya merona dan bahagia. Jadi, seperti ini rasanya jatuh cinta pada orang yang tepat. Berbunga-bunga dan berdebar bahagia. "Hati-hati nyetirnya. Nanti malah ga fokus."
"Iya sayang. I already miss you honey. I love you." Kata Jason.
"I love you too." Obrolan pun terhenti. Lily lalu teringat Zidan. Dia berencana datang ke sana bersama Zidan. Bagaimana reaksi Zidan? Lily pun mengiriminya pesan.
"Zi, sori, besok kayanya aku ga bisa bareng ama kamu ke wisuda Mira. Calon suamiku akan mengantarku ke sana." Lily menunggu jawaban Zidan dengan cemas. Sedangkan Zidan, saat ini dia sedang rebahan di ranjangnya. Dia sangat bahagia. Sejam setelah rebahan, dia melaksanakan dulu kewajibannya. Setelah itu, dia mengecek ponselnya. Ada pesan masuk dari Lily. Hatinya sudah berdebar. Saat dia membacanya, jantungnya serasa mau copot. Tulangnya serasa lemas. Apa maksudnya ini? Dia langsung merasakan sesak, serasa dihimpit sesuatu yang berat.
"Maaf ya aku baru ngabarin. Mendadak Jason melamarku Zi. Kita akan langsung ke Prancis setelah wisuda Fara. Aku begitu bahagia." Kata Lily. Deg, Zidan mematung. Dia kalah lagi. Pertama oleh Dafa kedua oleh Jason. Kenapa takdir seperti mempermainkannya begitu rupa. Tak terasa air matanya turun. Dia pun memaksakan membalas pesan Lily.
"Aku turut berbahagia untukmu Ly. Semoga langgeng sampai jenjang pernikahan."
"Makasih Zi. Kamu juga harus bahagia. Suatu saat kamu akan menemukan kebahagiaanmu." Jawab Prilly.
Zidan termenung lama. Dia sangat nyaman bersama Lily. Dia ingin menjadikannya kekasih. Tapi takdir berkata lain. Zidan pun memutuskan untuk pergi. Entah ke mana kakinya melangkah. Dia membawa beberapa baju dan perlengkapannya. Lalu, dia berpikir, dia akan pergi ke Bandung, ke rumah kakeknya. Dia akan memenangkan diri di sana. Dia akan meminta maaf pada Mira dan Fara karena tidak bisa datang di momen spesial mereka.
Keesokan harinya, hari yang sangat ditunggu oleh Mira. Dia akan diwisuda. Dari pagi dia udah ada di kampusnya. Setelah ceremony selesai, dia pun menemui kedua orangtuanya dan juga teman-temannya, Sita, Dafa, Gege, dan Fara. Adiknya tidak bisa ikut karena lagi ada acara di sekolahnya. Sita dan Fara memeluk Mira.
"Selamat ya Mira sayang." Kata Fara memeluk Mira.
"Selamat ya Mir." Kata Sita. Dafa pun memberikan selamat. Tak lupa Gege juga memberikannya bunga dan sebuah buket peralatan kosmetik lengkap.
"Ini untuk kamu. Selamat ya." Kata Gege.