Setelah selesai memandangi langit-langit, Dafa berbaring miring dan memandangi Sita, yang ikut berbalik miring. Keduanya berhadapan. "Kamu mandi dulu ya sayang. Setelah itu, aku yang mandi." Kata Dafa. Sita mengangguk. Dia berjalan dengan pelan. Intinya masih sakit. Gegas, Dafa membawa pakaiannya dan mandi di kamar mandi bawah. Setelah sebelumnya membawa seprei dan membersihkan ranjang yang terkena noda merah dengan sabun.
Lalu dia keluar dan mengunci pintu. Dia ke apotek, membeli obat untuk Sita. Dia teringat obat yang Gege pernah bilang. Dia pun menunjukkan obatnya pada apoteker. Setelah selesai, dia ke laundry dan memberikan seprei hasil percintaannya dengan Sita. Setelah itu, dia kembali ke rumah Sita. Dia membuka kunci rumah Sita dan menguncinya lalu langsung ke kamar Sita. Terlihat Sita sedang memakai bathrob dan meringis di tepi ranjang.
"Berbaringlah sayang. Aku udah beli obat barusan." Kata Dafa. Sita pun berbaring.
"Temukan lututnya ya sayang. Aku akan mengolesimu dengan salep." Sita hanya mengangguk. Dafa membuka tali bathrob dan menjilati sedikit bukit kembar Sita.
"Daf. Udah dong." Pinta Sita memelas. Dafa hanya tersenyum. Dia membungkuk dan mulai mengobati jnti Sita dengan memasukkan telunjuknya. Membuat Sita menggeliat.
"Sakit sayang? Tahan sedikit ya." Kata Dafa. Setelah selesai, Dafa meniupnya sampai kering.
"Nanti malem, olesin lagi ya sayang. Ini minum juga obat pereda nyerinya. Aku tahu dari Gege, obat ini yang dikasih mamanya waktu itu." Kata Dafa. Sita hanya mengangguk.
"Aku pulang dulu ya. Tapi, seprei baru kamu di mana?" Tanya Dafa. Sita menunjukkan lemarinya. Lalu Dafa membawa seprei baru dan memasangkannya. Sita masih berdiri menatap Dafa. Dia sangat mencintai lelaki itu. Apalagi, dia sudah menyerahkan kesuciannya padanya. Sita tak sabar menunggu mereka sah menjadi suami istri. Dafa pun selesai memasangkannya.
"Aku laundry seprei yang tadi." Kata Dafa sambil menyerahkan notanya. "Dua hari lagi kita ambil ya istriku." Kata Dafa. Sita hanya mengangguk. Lalu keduanya keluar dari kamar. Sita mengantar Dafa sampai depan pintu.
"I love you my wife. Aku sangat mencintaimu. Dan aku akan selalu mencintaimu hingga maut memisahkan kita, istriku." Kata Dafa lembut, sambil mencium kening Sita lama. "I love you too." Jawab Sita.
"Kamu istirahat ya. Jangan lupa nanti malem olesin lagi. Aku akan menunggu seseorang yang akan tumbuh di sini." Kata Dafa sambil mengusap pelan perut Sita.
"Iya. Hati-hati ya sayang." Kata Sita.