Mira terdiam mendengar perkataan Fara. Tumbenan Fara mau cerita, biasanya juga dia langsung ngoceh, gumam Mira. Pasti ini sesuatu yang sangat penting.
"Iya. Kenapa Far? Ada sesuatu yang harus aku tahu?" Tanya Mira.
Dengan terisak Fara menceritakan semuanya. Mira shock. Dia terdiam mematung di tempatnya. Untunglah ponselnya ga jatuh. Dia menangis.
Mira, kamu masih di sana?" Dengan terisak Fara mencoba berbicara.
"Iya, aku masih di sini." Kata Mira, yang juga terisak.
"Kuharap, hanya kamu yang tahu masalah ini. Bahkan Reno juga ga tahu." Pinta Fara.
"Iya. Gege lagi di kamar. Zidan juga lagi di Famous. Aku sendiri di balkon." Kata Mira.
"Kamu tahu, Sita tadi tidur sambil memeluk guling Dafa. Dia sepertinya menciumnya juga. Mungkin wangi Dafa masih ada di guling itu. Aku jadi sedih." Kata Fara.
"Fara, aku jadi tambah sedih. Andaikan aku di sana, aku akan memeluk Sita." Kata Mira.
"Bahkan di pertemuan terakhirnya, Dafa mengusap perut Sita, berharap ada kehidupan di sana. Dia juga memanggil Sita dengan sebutan istriku. Aku benar-benar sedih melihat Sita." Ujar Fara.
"Sepertinya Dafa sangat berharap memiliki anak dengan Sita. Aku yakin itu." Jawab Mira.
"Iya Mir. Bahkan Dafa membawa seprei hasil perbuatan mereka ke laundry. Dan mengganti dengan seprei baru. Lalu sebelumnya menggosok kasur yang terkena noda dengan sabun sampai bersih. Dia betul-betul ingin membuat Sita nyaman. Dia juga membelikannya salep dan obat yang disarankan mamanya Gege." Jelas Fara. Membuat Mira merona mengingat kejadian itu.
"Sampai sedetail itu Dafa melakukan segalanya untuk Sita. Dia sepertinya memang bersiap untuk pergi meninggalkan Sita." Mira masih saja menangis.
"Iya kan. Dia seperti punya firasat akan meninggalkan Sita. Kamu tahu sendiri kan, Dafa dan Sita sangat menjaga batasan saat mereka pacaran. Sangat menjaga sekali." Kata Fara.
"Iya. Makanya aku kaget denger kamu bilang gitu. Seakan Dafa ingin mereguk dulu kebahagiaan bersama Sita sebelum dia pergi." Kata Mira