Tawa di Antara Sejuta Lara

Evika Dewi Susana
Chapter #101

Bab 101 Situasi Urgent

Hendra memberanikan diri mengajak Sita berbincang. Dia ga mau Sita terus memikirkan Dafa. Sita bisa sakit kalo seperti itu terus, pikir Hendra.

"Kamu harus inget makan, Ta. Tubuhmu bisa drop. Kamu boleh menangis, boleh berduka, itu wajar. Tapi jangan sampai tubuhmu tidak menerima asupan apa pun." Kata Hendra.

"Iya." Hanya itu jawaban Sita. Dia hanya melamun, memandang senja. Biasanya, dia memandang senja dengan Dafa di sisinya. Sekarang, dia merasa hampa. Butiran bening mulai turun dari pipinya.

"Aku ke masjid dulu. Kamu juga ya." Kata Hendra. Sita hanya mengangguk lalu berdiri menuju kamar Dafa. Dia ke kamar mandi lalu memakai mukena dan membentangkan sajadah. Setelah selesai, dia menangis sejadi-jadinya. Mengapa takdir seakan ga pernah berpihak padanya. Is not fair, gumamnya. Cukup lama dia menangis, sampai waktu isya tiba. Dia lun menyegerakan melaksanakan kewajibannya. Lalu melipat mukena dan duduk di ranjang. Fara dan Mira mengetuk pintu dan masuk.

"Udah selesai?" Kata Fara. Sita hanya mengangguk. Lalu Fara dan Mira bergantian melaksanakan kewajibannya. Perut Mira udah terlihat membesar. Jalan pun udah kesusahan. Fara membantunya naik tadi ke kamar Dafa.

"Yuk ke bawah. Pelan-pelan ya Mir." Kata Fara. Mira hanya mengangguk. Ketiganya turun ke bawah dengan perlahan.

Zidan dan Gege tidak bisa ke Indo, mereka sebentar lagi wisuda. Banyak yang harus mereka persiapkan. Apalagi Zidan, empat bulan lagi dia akan menikah, banyak yang harus dia urus.

"Kamu duduk di kursi aza Mir. Jangan di karpet." Kata Fara. Mira mengangguk. Dia sudah ga sanggup duduk di bawah. Acara sudah akan dimulai. Ustad memimpin doa, lalu mengaji bersamaan.

Terlihat Reno dan Hendra sedang duduk bersila mendengarkan pengajian. Sedangkan Jason dan Lily, tidak bisa datang. Fara memperhatikan Hendra, dia selalu datang. Pengajian hari pertama sampai ketujuh, dia pun ga pernah absen. Sekarang, 40 hari Dafa, dia juga datang. Fara termenung.

Tak terasa pengajian pun berakhir. Semua tetangga dan kerabat berpamitan pulang, begitu juga dengan pak ustad. Hanya tersisa mereka berlima. Resik menghampiri mereka.

"Reno, Hendra, yuk makan dulu. Udah disiapin." Kata Resik.

"Iya, ayo makan dulu. Kasihan tadi Hendra bantu-bantu gelar karpet ma beresin kursi di teras." Kata Jihan.

"Iya bener. Ayo, Reno juga dah bantuin nyusun kursi. Pasti kalian lelah pulang dari kantor dan langsung ke sini." Kata Resik.

"Ayo jangan malu. Sita, kamu juga makan, nak. Fara, Mira, ayo makan dulu." Kata Danu. Sita hanya mengangguk.

"Iya nak, kamu harus makan ya. Lihatlah, kamu semakin kurus." Kata Juna. Lalu, semuanya makan dengan tenang. Sita hanya makan sedikit seperti biasa. Dan tidak ada yang memaksanya, asal ada yang masuk. Lalu Juna, Jihan, Danu, dan Resik berpamitan, mereka masuk ke kamar masing-masing. Begitu juga Reyna dan Sandi.

"Kamu dianter Reno ya pulangnya Mir." Kata Fara. Mira hanya mengangguk.

Lihat selengkapnya