Kalianebulan berlalu. Sita masih betah diam di kediaman Resik. Dia bahkan ga mau pulang. Juna dan Jihan sudah membujuknya, tetapi mereka juga ga memaksanya. Resik dan Danu malah senang Sita ada di sini.
Hari ini, tepat 100 hari Dafa meninggal. Resik sedang di taman bunga bersama Sita. Semuanya beraktivitas seperti biasa, Danu ke kantor, Sandi ke sekolah, Raisya masih di rumahnya, dan Fara juga ke kantor. Ya, Fara masih setia menemani Sita di sini. Sita masih memegang buku diary Dafa. Dia berniat akan memberitahu Resik.
"Ma, ada yang perlu sita omongin ama mama." Kata Sita. Resik mencuci tangannya sampai bersih lalu mengeringkannya.
"Ada apa sayang?" Tanya Resik lembut. Sita menyerahkan diary Dafa.
"Mama jangan marah ya. Ini buku diary Dafa. Fara menemukannya di laci kamar Dafa dan menyerahkannya padaku." Jawab Sita.
Lalu, gegas Resik membuka dan membacanya. Dia langsung ke bagian terakhir Dafa menulis. Malam saat dia dan Sita memadu kasih. Resik memang sudah tahu karena mendengar percakapan Sita dan Fara. Tapi membaca tulisan Dafa, dia meneteskan air matanya.
"Sayang. Bener yang ditulis Dafa? Mama minta maaf ya. Dafa khilaf. Maafin dia ya." Kata Resik.
"Semua yang dikatakan Dafa di buku itu memang benar ma. Kita melakukannya. Maafin Sita ya ma. Sita juga khilaf. Entah apa yang ada di otak kami berdua saat itu." Kata Sita.
"Yang sudah terjadi, biarlah. Waktu ga bisa diputar kembali. Kalaupun bisa, mama ingin Dafa tetap di sini. Tapi ga bisa sayang." Kata Resik, sambil terus menangis. Resik membuka halaman terakhir buku itu. Dia terdiam.
"Ini pagi hari saat Dafa mau ke kantor kayanya. Dia udah memiliki firasat akan pergi." Resik kembali meneteskan air mata. Dia memeluk Sita dengan erat.
"Iya ma. Dafa udah punya firasat akan pergi." Keduanya berpelukan sambil menangis. Tangisan mereka begitu pilu.
"Sayang, tiap bulan, kamu dapet tamu bulanan kan?" Tanya Resik. Sita berpikir, dia mengingat saat pertama kali dia menginap di sini. Saat Dafa meninggal, udah tiga bulan lebih. Dan dia belum pernah mendapat tamu bulanan. Saking sedihnya, dia ga berpikir ke sana. Iya, dia ga pernah menyetok pembalut di rumah Dafa. Yang ada hanyalah pembalut Fara.
"Saat pertama kali nginep di sini, sampai hari ini, kayanya Sita ga pernah dapet tamu bulanan ma. Mungkin Sita setres dan kelelahan aza." Jawab Sita.
"Kita periksa ya nak. Siapa tahu kamu memang hamil." Kata Resik dengan mata berbinar.
"Siklus menstruasi aku memang gitu ma. Kadang pernah aku dua bulan ga datang bulan. Dan bulan ketiga, baru keluar. Itu normal kata dokter." Jawab Sita.
"Periksa aza ga ada salahnya sayang." Kata Resik lembut.