Alfi terdiam dan tidak menjawab perkataanku sama sekali. Hujan semakin deras, aku tidak mempedulikannya dan segera berlari menuju halte bus. Tidak seperti biasanya Alfi tidak mengejarku.
Saat bus tiba aku segera masuk kedalam bus, didalam bus aku melihat Alfi berjalan dengan sangat lambat dibawah hujan. Wajahnya terlihat seperti sedang memikirkan sesuatu. Bukankah dia sedang sakit, kenapa dia tidak segera pulang?, aku lalu menepuk pipiku untuk menyadarkan diriku agar tidak mempedulikannya.
Keesokan harinya saat disekolah, semua anak-anak membicarakan tentang Alfi. Tapi aku menghiraukannya karena merasa tidak penting dan tidak ada hubungannya denganku.
"Hei Annaya, apa kau tau hari ini Alfi tidak masuk karena sakitnya semakin parah?, itu semua pasti karena kau kemarin!" Anak perempuan berambut gelombang dan berkulit kuning langsat itupun mendekatiku berdua dengan temannya.
"Kau benar-benar keterlaluan Nay, padahal Alfi sangat baik padamu tapi kau selalu menyakitinya, lebih baik kau perbaiki sikapmu!" Ucap temannya yang berambut panjang lurus dan bermata sipit. Mereka lalu pergi meninggalkanku, dan lagi-lagi aku tidak peduli karena aku merasa semua ini bukanlah salahku.
Sudah lima hari sejak kejadian dibawah hujun itu Alfi tidak masuk. Memangnya ia sakit apa? Ahh apa yang aku pikirkan, aku berusaha menghilangkannya dari kepalaku.
Hari demi hari aku jalani sama seperti dulu tanpa adanya gangguan dari Alfi, dan dia kini sudah tidak masuk selama 12 hari. Teman-temanku semuanya sudah berkali-kali menjenguk Alfi, hanya aku yang tidak. Itu karena mereka semua tidak mengajakku, mereka pikir aku hanya akan menambah parah sakitnya. Walaupun diajak aku juga tidak akan datang, batinku merasa jengkel.