Blurb
Di Batavia tahun 1908, musuh kemerdekaan tidak datang dengan senjata, melainkan dengan emas dan senyuman. Dirgantara, seorang agen dari masa depan, tiba dengan misi untuk menghadapi ancaman tersembunyi ini. Tugasnya adalah menyusup ke jantung pergerakan nasional di sekolah kedokteran STOVIA untuk melindungi organisasi Budi Utomo yang baru lahir dari sabotase pihak kolonial.
Lawannya adalah Silas, seorang pejabat Belanda yang licik dengan rencana yang genius: bukan menghancurkan pergerakan itu, tetapi membajaknya dari dalam. Dengan mendanai dan mengarahkannya menjadi sekadar organisasi budaya yang apolitis, ia akan memastikan semangat kemerdekaan sejati mati sebelum sempat berkobar.
Dalam perang intelijen yang senyap, Dirgantara harus membentuk aliansi rahasia dengan jurnalis pemberani Tirto Adhi Soerjo dan penulis perempuan misterius bernama Sariyah. Melalui tulisan-tulisan tajam di surat kabar
Medan Prijaji, mereka harus melawan propaganda musuh dalam sebuah perang kata dan ide. Pertarungan untuk merebut jiwa Budi Utomo dan masa depan Indonesia telah dimulai.
Satu gerakan yang salah, dan kemerdekaan akan menjadi kata tanpa makna.