Tawarikh Nusantara - Kitab Ketiga: Benteng Terakhir

Oleh: Kingdenie

Blurb

Dirgantara, kali ini terlempar ke geladak kapal pinisi Gowa yang tengah dihantam badai dan dikejar armada VOC. Kedatangannya yang misterius di jantung Kesultanan Gowa memaksanya untuk berhadapan dengan Sultan Hasanuddin, sang "Ayam Jantan dari Timur" yang karismatik namun penuh curiga.

Dirgantara harus menggunakan pengetahuannya dari masa depan untuk memenangkan kepercayaan sang Sultan. Ia tidak berjuang sendirian; sebuah aliansi intelektual terbentuk dengan Daeng Ratu, seorang penasihat perempuan yang cerdas dan menjadi satu-satunya orang yang melihat potensi di balik anomali kedatangannya.

Namun, musuh yang ia hadapi jauh lebih rumit dari sekadar Kompeni. Di pihak VOC, dia bertemu kembali dengan mantan rekannya, seorang agen pembelot dari masanya sendiri, Kaelan. Ia menerapkan strategi presisi yang brutal. Sementara itu, perpecahan internal di Sulawesi yang dimotori oleh Arung Palakka mengancam Gowa dari dalam.

Di tengah kepungan dari darat dan laut, Dirgantara memperkenalkan taktik perang asimetris, dari perhitungan balistik untuk meriam hingga perang gerilya yang mengejutkan lawan. Namun, setiap kemenangan dibalas dengan strategi licik Kaelan yang mengincar titik terlemah Gowa: lumbung padi dan benih pengkhianatan di kalangan bangsawan.

Ketika Benteng Somba Opu dikepung dan harapan mulai padam, Dirgantara harus mempertaruhkan segalanya pada satu celah terakhir dalam strategi lawannya. Di atas tembok benteng yang terbakar, ia tidak hanya berjuang untuk menyelamatkan Gowa, tetapi juga untuk menghadapi lawannya dari masa depan dalam duel penentuan. Akankah usahanya berhasil mengubah sejarah, atau kekalahannya justru akan menyalakan api perlawanan yang gaungnya terasa hingga ke masa depan?

Lihat selengkapnya