TEARS OF A MAN

Bhina Wiriadinata
Chapter #3

#3 DIAM

3

DIAM

Bima

Enam bulan sejak perkenalannya dengan Riana, Bima menikah dengan Riana. Cukup cepat dan minim mengetahui dengan detail siapa perempuan yang akan menjadi istrinya dan menjadi ibu buat anak-anaknya kelak. Bima mengenal Riana ketika dalam satu waktu yang tak terduga. Riana yang seorang teller di sebuah bank bertemu dengan Bima yang tiba-tiba saja ingin membuka rekening. Saat itu menurut Bima, mata Riana seperti menghantarkan getaran cinta yang maha dahsyat, Bima seperti kena pelet paling ampuh, di depan teller pada saat itu Bima terpaku, terdiam bahkan membuat jengkel para nasabah di belakangnya karena terlalu lama memandangi petugas teller bernama Riana. Seorang ibu-ibu comel berkomentar dengan sinisnya bahwa Bima sudah kelamaan berada di depan.

Ketika membayar uang setoran pertama itu, Bima merasa melayang-layang seperti anak bebek yang baru bisa terbang dengan tertatih-tatih, wajah Riana seumpama wajah paling indah bukan main, senyumnya menawan bukan main-main, bunga seperti bermekaran menghantarkan cinta yang bertubi-tubi ketika untuk keberapa kali bertemu dengan Riana, sampai akhirnya pada bulan ketiga Bima nekad melamar Riana, dengan modal sebuah cincin bermata berlian walau cuma sebesar butir beras. Orang tua Riana menerima dengan tangan terbuka dan tiga bulan kemudian terjadilah pernikahan yang menggetarkan hati ketika Bima mengucapkan akad nikah.

Kehidupan keduanya bertebaran bunga-bunga indah, kemudian ditambah kehadiran dua anak perempuan yang mereka banggakan karena menurunkan kecantikan Riana. Zahwa dan Zahra berhasil memamerkan keindahan anak-anak yang oleh sebagian orang merasa iri menatap kedua anak mereka, membuat Bima dan Riana terbang melayang-layang karena pujian dari orang-orang yang melihat kecantikan dua anak mereka.

Bima belajar sifat Riana dalam rentang perkawinan, Riana yang keturunan jawa mendidik anaknya dengan tata cara krama jawa, ditambah dengan kebiasaan Bima yang menyodorkan kehidupan modern ala keturunannya yang setengah darahnya bercampur darah eropa. Riana lembut, sopan dan berani mengambil resiko untuk sebuah kebenaran, Riana menyerahkan seluruh kehidupannya untuk keluarganya, tak ada yang terlewatkan ketika fokusnya hanya untuk keluarga, ketika tiba di malam yang menjijikan itu Bima baru tersadar, bahwa Riana telah melenceng dari jalurnya, Riana mulai mengenalkan dirinya dengan begitu bangganya ketika karirnya melesat sebagai seorang kepala cabang bank-nya. Riana mengenal sosok lelaki yang bukan dari kalangan biasa melainkan seorang lelaki kekar yang punya karir sebagai polisi.

Bima sempat menanyakan apakah dirinya adalah lelaki impiannya sebelum menikah? Riana menjawab, bahwa dirinya sebenarnya menginginkan seorang lelaki yang berprofesi sebagai tentara atau polisi, entah mengapa Riana selalu senang melihat lelaki berbadan tegap dengan seragam yang memukau. Namun itu hanya khayalannya dulu, ketika Riana mendapatkan Bima khayalan itu terkubur karena ternyata Bima jauh lebih menarik dari impiannya daripada seorang lelaki yang berseragam militer.

“Siapa lelaki itu?”

“Dia temanku Mas, teman SMA dulu, dia pindah tugas ke Jakarta”

Hati Bima jelas bergemuruh ketika Riana mengucapkan itu, Riana sudah mendapatkan khayalannya.

“Sudah berapa lama dia pindah ke sini?”

“Gak penting, Mas!”

Riana tak menjawab, hanya diam dan mengalihkan pandangannya ke arah lain, ada segumpal sesal yang menyelimutinya, sesuatu yang telah dia lakukan yang mungkin di luar batasnya sebagai seorang istri dan seorang perempuan, Riana faham dengan serbuan pertanyaan dari Bima, Riana tak dapat menerangkan dengan terus terang, ini menyangkut hati, hatinya yang juga tak bisa membohonginya, bahwa cinta lama itu begitu kuat hadir ketika bertemu kembali. Ingin rasanya Riana menangis dan berterus terang pada Bima bahwa semua ini adalah sebuah cerita yang mau tidak mau memang harus terjadi dan berharap Bima memakluminya, terutama perasaannya yang tiga bulan ini terombang-ambing dalam cinta masa lalu yang mengurungnya.

“Kalau iya kenapa Mas? Kamu akan marah? Atau kamu melarang aku bertemu?”

 “Sudah berapa lama kamu berhubungan lagi dengannya?”

Lihat selengkapnya