9
ORANG PINTER BERNAMA ABAH
Bima & Max
‘Bima, sori, kayanya gak bisa hari ini, ‘Si Abah’ nya lagi pergi, ntar gw info lagi deh’
Pesan itu diterima Bima dari Dilan, mengabarkan bahwa bertemu dengan ‘Si Abah’ tidak jadi, karena sesuatu hal ‘Si Abah’ harus pergi ke rumah saudaranya di Sukabumi. Bima mengabarkan ke Max bahwa niatnya mau mengajak Max tidak jadi saat ini, namun Max meminta ketemu dengan Bima.
‘ada yang harus gue ceritakan ke lo, Bim..’
Seperti biasa dan di tempat biasa, mereka kembali bertemu, kali ini Max masih memakai kemeja dengan dengan dasi yang dia gulung dan dimasukan ke saku celananya, badannya nampak menjulang ketika harus berjalan beriringan dengan Bima, dan Bima akan nampak seperti liliput.
“Apalagi masalah lo?”
Kali ini mereka sudah tak lagi memakai kata ‘Aku dan Kamu’ mereka lebih akrab dengan kata ‘Gue dan Lo’.
“Gue udah gak tahan Bim, masa tadi malam istri gue marah-marah ke gue dan nyangka gue ngaduin semua kelakukannya dia ke orang tuanya, katanya gue dibilang lelaki pengaduan yang gak mampu menyelesaikan masalahnya sendiri! Kan gila! Padahal gue gak pernah sama seklai ngaduin apa pun ke orang tuanya soal kelakukannya, pernah sih sekali, dulu, waktu pertama kali dia kabur dari rumah dan itu pun gue malah disalahain bapaknya!”
“Tenang, lo mau pesen apa?”
“Yang kaya kemarin aja, Bim”
Max menyalahkan rokoknya, pertanda dia ingin cepat-cepat cerita. Kopi datang dan beberapa makanan, Bima kelaparan, dilahapnya steak tenderloin yang dia pesan, Max tak menyentuh makanannya, dia masih asyik dengan rokoknya dengan wajah yang penuh amarah.
“Makanlah dulu, Max!”
“Gak nafsu gue, Bim”
“Oke…kalau gitu lo cerita deh!”
Tere datang dari kantor marah-marah, menuduh Max telah berani datang ke rumah orang tuanya lagi, kemudian menceritakan semua prilaku Tere pada bapaknya, Max menyangkal, dirinya sama sekali tidak datang ke rumah orang tua Tere dan tidak juga menceritakan tentang Tere. Namun Tere ngotot bahwa Max telah datang ke rumah orang tuanya.
“Buat apa aku datang ke rumah bapakmu? Gak guna tahu! Lagian bapakmu juga sudah begitu marah ngliat aku!”
“Kamu ya Mas! Kalau gak bisa menyelesaikan masalahmu sendiri gak usah sok-sokan mencari muka ke papa deh! Kamu itu kepala rumah tangga, yang bermasalah itu rumah tangga kita bukan rumah tangga papaku! Bikin malu aja! Udah gitu pake berlebihan lagi! Kamu tahu kenapa aku jadi seperti ini? Kenapa aku berselingkuh, menurut kamu? Karena aku muak dengan semua ini! Aku bosan! Kamu tidak mengaca pada diri kamu sendiri siapa sebenarnya yang paling salah dari kejadian ini?!”
Max benar-benar tidak mengerti apa yang dibicarakan Tere, satu sisi dia menuduh Max telah mengadukan Tere ke orang tuanya, padahal Max tidak melakukan itu, yang kedua Tere selalu merasa benar dengan tindakannya atas perselingkuhannya dan menuduh Max telah melakukann kekerasan yang tidak pernah dilakukan Max! Sialnya Max tak bisa bicara sebanyak yang Tere tuduhkan, Max hanya bisa diam dan menahan tuduhan itu tidak dengan sangkalan juga, bodoh!