TEARS OF A MAN

Bhina Wiriadinata
Chapter #14

#14 BUKAN CINTA BIASA

14

BUKAN CINTA BIASA

 

Max & Bima

Bima hampir tak percaya dengan apa yang dikatakan Max tentang perselingkuhan Tere yang sudah berulang kali terjadi dan berulang kali pula dimaafkan Max. Bagi Bima Max seperti keranjang sampah yang mau saja menerima sesuatu yang sudah kotor dan tercemar, Max menyenanginya lagi. Satu yang membuat Bima merasa harus memberikan pertanyaan pada Max, ‘lelaki macam apa kamu itu Max?’

“Menurut lo sendiri gue laki-laki macam apa?”

“Kalau boleh gue bilang bahwa lo lelaki paling bodoh yang pernah gue kenal!”

“Makasih Bim, bukan cuma lo yang berkata begitu, gue juga merasa begitu, tapi yang namanya cinta itu gak bisa ditaksir Bim! Gue cinta mati sama Tere!”

Ini yang sulit dijabarkan oleh apa pun juga, cinta sudah begitu menguasai Max sedemikian rupa, sehingga apa pun alasan dan kepahitan yang dia terima cinta tetap berada di barisan depan untuk memaafkan dan menerima kembali orang yang dicintainya dalam bentuk apa pun, berupa setan sekali pun! Max tak bisa berkutik oleh jeratan cinta matinya, baginya Tere adalah sesuatu yang yang harus dia jaga dan lindungi apa pun keadaannya, Tere adalah bunga yang berkembang terus-menerus dihatinya, tak ada cela dan tak ada kerusakan, kalau pun Tere merusaknya Max dengan mudah memaafkan lalu menerimanya dengan sebuah harapan baru, itu terus saja berulang-ulang terjadi sampai Max merusak dirinya sendiri menyimpan cinta mati yang tak mati-mati.

Sebesar apa pun salah Tere, bagi Max, Tere tetap dalam jiwa. Ini berbanding terbalik dengan Bima, sekali saja Bima terkhianati maka hancur sudah cinta itu, Bima tak dapat begitu saja memaafkan, karena ada harga diri dan wibawanya yang hilang, kalau pun Bima mau kembali, Bima harus berjuang mengumpulkan puing-puing cintanya untuk menerima kembali Riana. Bagi Max cinta yang dia miliki memang aneh, bahkan absurd sekali lagi cinta itu memang aneh dan absurd, kadang-kadang dan orang yang menganut faham cinta yang tak tergantikan maka siap-siaplah menderita selama cinta itu dia simpan dan dimilikinya.

“Aku sudah tak nyaman dengan kamu!”

Kata-kata dari tere ke Max bagi Bima kata-kata itu saja akan seperti senjata paling menyakitkan dan Bima tak akan mau mengemis pada Riana untuk kembali, buat apa? Kata-kata itu sudah merupakan suatu tanda perpisahan yang harus segera dilaksanakan.

Bagi Max tidak demikian, kata-kata seperti itu hanya emosi yang keluar ketika Tere sedang kesal, Max yakin itu bukan kata-kata Tere, karena Tere tidak begitu, Max yakin bahwa kata-kata itu adalah kata-kata setan yang sedang mempengaruhi jiwa Tere yang terkena guna-guna dari si Panji yang sedang berbuat keji pada Tere.

Berulang kali Max diyakini oleh Bima bahwa itu karena Tere memang punya sifat yang ‘nakal’ untuk berpetualang, jadi soal dia diguna-guna atau tidak bukan sesuatu yang harus dipercaya seratus persen! Kalau pun ada unsur guna-guna yang dilancarkan oleh Panji pada Tere, tentu Tere tak akan diam saja untuk berontak, masalahnya perselingkuhan Tere sudah sering kali terjadi, empat kali malah! Apakah harus percaya pada guna-guna dan ilmu pelet segala macam?

Max diam, dia menghembuskan asap rokoknya lalu menatap ke arah Bima dengan tajam, seakan Max tak dapat dukungan atas tuduhan Tere diguna-guna, Max mengatakan bahwa Tere diguna-guna adalah untuk meyakinkan cintanya dan Tere dapat dimiliki kembali, jika itu didapat dari Bima, setidaknya Max dapat jalan bantuan dari Bima untuk merebut kembali Tere dari tangan Panji. Ternyata pikiran Bima lain, Max tak mendapat dukungan, yang ada Max dipersalahkan karena tak memakai logika dalam menilai cintanya.

Lihat selengkapnya