TEARS OF A MAN

Bhina Wiriadinata
Chapter #15

#15 KESEPIAN YANG MEMBAHAYAKAN

15

 KESEPIAN YANG MEMBAHAYAKAN

 

MAX DAN BIMA

Dari pertemuan terakhir Max dan Bima, mereka jarang bertemu, hampir dua minggu mereka sibuk dengan urusan pekerjaan masing-masing. Bima yang sedang kalut dengan masalah keuangan di kantornya harus rela lembur sampai malam guna memulihkan keuangan perusahaannya, meski bukan pemegang saham, namun Bima salah satu manager yang diandalkan dalam urusan keuangan, sesuai dengan ilmunya yang Bima punya. Lambat laun perusahaannya sedikit membaik kembali, beberapa penanam modal datang dan menyelamatkan perusahannnya yang memang sudah besar. Kini Bima bisa sedikit tersenyum bahwa perusahaannya kembali bergairah dan mendapat untung besar dari para marketing yang gencar memasarkan produksinya dan membawa pembeli dari luar negeri.

Urusan rumah tangganya berjalan seperti biasa, artinya ‘perang dingin’ masih berlangsung, meski begitu Bima berusaha mencairkan suasana demi anak-anaknya, Zahwa dan Zahra selalu bisa membujuknya untuk melewati hari libur bersama. Namun untuk hal lain Bima masih bergeming tak mau melakukannya, Bima masih belum percaya seutuhnya pada Riana yang berada di hotel bersama Joko Purwanto selama dua hari. Selalu itu saja yang terbayang-bayang di kepala Bima. Seolah itu adalah bayangan maut yang akan membawa dirinya semakin benci pada Riana.

Begitu pun Max, dia harus konsentrasi pada outlet-outlet usaha yang dipercayakan padanya. Max harus mengadakan perjalanan ke luar kota hampir tiap minggu, Max jadi jarang ketemu sama anak-anak, paling sehari atau dua hari dirumah kemudian Max pergi lagi, kadang Max juga tidak bertemu dengan Tere, Max tak perduli, Max harus konsentrasi terhadap pekerjaannya, komunikasi dengan Tere hanya lewat WA, itu pun kalau dijawab Tere, kalau tidak Max tak perduli, yang penting bagi Max dia selalu mengabari bahwa dia ada di kota ini dan di tempat anu. Masalahnya Tere mau tahu atau tidak, bukan urusannya, Max hanya pesan tolong jaga anak-anak itu saja.

Lewat sosial media Max dan Bima juga saling mengabari di tengah-tengah kesibukan mereka, kadang juga mereka tak saling sapa, entah kenapa Max merasa ada sesuatu yang kurang kalau tidak bertemu dengan Bima, Max merasa ada yang harus dia sampaikan tentang unek-uneknya. Jauh sebelum Max kenal dengan Bima sebenarnya banyak temannya yang bisa diajak curhat atau menyampaikan hal-hal yang dianggap serius dan rahasia, namun entah mengapa dengan Bima, Max merasa punya keyakinan bahwa semua rahasianya akan terjaga dan aman. Kepercayaan lainya adalah solusi yang dikatakan Bima terasa begitu benar dan manusiawi, walau pun Bima bukan seoarng pyskolog, Max tahu Bima adalah lulusan akuntansi di sebuah universitas negeri. Namun begitu kemampuan Bima memberikan kalimat bermakna terasa begitu nyata.

Bagi Bima, Max bukanlah teman dekatnya, Bima punya teman dekat sejak SMA namanya Andri – teman satu SMA, satu tempat kuliah serta satu jurusan bahkan satu kos dulu. Bagi Bima cuma Andri teman satu fahamnya dan teman saling terbuka apa pun juga, Andri tahu siapa Bima dan Bima tahu siapa Andri. Sudah hampir dua tahun ini Andri tak dapat ditemui karena dia dapat kerja di Dubai sebagai tenaga akuntan di sebuah hotel di sana. Paling lewat media sosial atau video call mereka kadang suka berdiskusi masalah pekerjaan dan keluarga, itu pun terbatas karena ternyata waktu yang menyusahkan mereka untuk bersosialisai lewat media online.

Setelah tak ada Andri, Bima tak punya teman dekat lagi. Bima memang tak bisa begitu saja akrab dengan teman-temannya, ada beberapa yang dekat tapi tidak ada yang sedekat Andri. Kemudian datanglah Max dengan permasalahn rumah tangga yang seharusnya sudah dilewati. Meski Bima belum berbicara bagaimana keadaan rumah tangganya namun masalah Max jauh lebih complicated daripada masalahnya. Max jauh lebih mengerikan masalahnya. Ada satu hal yang membuat Bima mau mendengarkan dan sudi menjadi penyimpan masalah Max, yaitu Max yang humoris juga menyenangkan, Max tidak terlalu banyak nanya soal pribadi Bima, Max bukan type yang ingin tahu urusan orang lain, makanya Bima bisa menerima Max.

Sekarang setalah hampir 2 minggu tak bertemu dengan Max, Bima merasa ada yang kurang, suara Max ketika menceritakan masalahnya membuat Bima seperti mendapat hiburan, paling tidak saat Max bercerita, Bima dapat melupakan masalahnya meski kadang hatinya terseret-seret ikut merasakannya. Max seperti pelengkap suatu masakan, seperti sebuah bumbu yang paling bisa menjadikan masakan begitu nikmat. Entah apanya bagian dari Max yang membuat Bima kangen. Yang pasti ini hanya sebatas kawan yang saling membutuhkan, wadah untuk menampung keluh-kesah serta menempatkan wadah itu dalam ruang yang amat privat dan rahasia, itulah Max pada Bima, menurut Bima.

Lihat selengkapnya