TEARS OF A MAN

Bhina Wiriadinata
Chapter #17

#17 SERIUS

17

SERIUS

 

MAX DAN BIMA

 

Bima terhenyak sesaat ketika melihat foto-foto dari handphonenya Max, Bima tak sanggup melihat foto seorang istri dengan lelaki lain yang bukan suaminya sendiri, bagaimana perasaan Max ketika baru pertama tahu soal foto-foto itu? Rasanya seperti orang yang dilempari kotoran ke mukanya, hati Max benar-benar hancur tak karuan, bukan hanya hatinya tapi cinta Max yang setengah mati dia pertahankan kini berubah jadi kebencian, masih adakah cinta itu disimpan Max untuk Tere?

“Aku masih mengharapkan kebaikan dari Tere”

“Masya Allah Max! apa sih yang kamu cari? Apa yang kamu pertahankan? Semua sudah jelas dan semua sudah berakhir! Tere bukan milikmu lagi!”

“Aku masih bisa memilikinya”

“Max denger ya! Gue udah bosen, bosen ngedenger semuanya, sisi lain lo begitu amat tersiksa dan sangat menyakitkan atas perlakuan Tere ke lo, tapi di sisi lain lo selalu berharap bahwa Tere masih mencintai lo, lo masih menunggu kebaikan cinta Tere? Terus lo anggap gue apa? Lo cerita soal keburukan Tere ke gue, lalu lo berharap Tere bisa kembali ke lo, lo laki-laki apa sebenarnya Max?!” Bima marah dan jengkel sebenarnya, setiap kali bertemu dengan Max, Max selalu berharap dapat kembali padanya!

“Kamu gak tahu bagaimana rasaku pada Tere Bim…” kali ini tidak pakai ‘Lo – Gue’ “ aku sangat mencintainya luar biasa Bim, aku masih bisa memaafkan semua kesalahannya, aku masih bisa menerima Tere sepenuh hatiku, meski Tere telah banyak menyakitiku, termasuk meninggalkan Bagus sendirian!”

Bima makin jengkel dan marah, apa sebenarnya yang diinginkan Max? pergi meninggalkan Tere atau masih ingin bersama Tere dengan berharap suatu saat Tere kembali ke pelukan Max, Bima sudah bosan memberi pendapat, namun Max selalu saja mengakhirinya dengan sebuah kalimat, semoga ada keajaiban untuk mengembalikan Tere padanya. Nyatanya? Tere sama sekali tak seperti itu, Tere masih tetap berhubungan dengan lelaki bernama Panji dan masih mendatanginya saban minggu dengan nekad.

Bima tak dapat mengerti logika Max sebagai lelaki, jelas-jelas semua bukti telah menyatakan bahwa Tere sudah terlalu jauh berhubungan dengan Panji, kenapa Max masih mengharapkan Tere kembali? Percuma di kejar-kejar juga, apalagi ditunggu kesadarannya untuk kembali pada Max, Tere sudah tak cinta Max! Tahu gak!

Bima heran sama lelaki macam Max Sebastian yang bertampang bak play boy dengan wajah ganteng, bertampang luar biasa lelaki, ternyata tak dapat melepaskan cintanya yang sudah diinjak-injak, bahkan disia-siakan oleh Tere, lelaki macam apa Max itu? Bima benar-benar tak habis mengerti.

“Itulah aku Bim”

“Itulah-itulah! Denger Max, gue udah gak mau lagi memberi pendapat apa pun sama lo, lebih baik lo yakini diri lo sendiri dan cari jalan sendiri!”

Max memandang ke wajah Bima, ada kejanggalan dengan pernyataan Bima, Bima seolah-olah takut kehilangan Max, Max dapat merasakan itu, Max dapat melihat tanda itu dari bola mata Bima yang bergeming, memancarkan ketidakjujuran atas sikapnya, ada apa dengan Bima?

“Kamu marah ke aku, Bim?”

“Apa hak gue marah ke lo, Max”

Lihat selengkapnya