22
TERUS TERANG
BIMA
Bima diam sepanjang hari, di rumah, di kantor bahkan di tempat gym, mulutnya ditutup rapat meski beberapa anggota fitness yang lain menyapanya, Bima tak mau membuka suara untuk berhalo-halo dengan rekannya, Bima celingukan mencari Max yang sudah tiga hari tidak nampak batang hidungnya di tempat fitness, Bima pun tak berusaha menyapanya lewat HP, Bima hanya ingin bertemu dengan Max, jika memang kebetulan di tempat ng-gym atau di suatu tempat lain. Bima tak mau meminta Max untuk menemaninya makan, atau ngopi-ngopi, Bima kebalikan dari Max yang selalu minta ditemani.
“Hey..kemana aja lo, Bim?” Kata Dilan yang menepuk bahu Bima yang tengah berkeringat, Bima tersenyum dan meneruskan lari pelan di treadmill-nya, “…. Alhamdulillah Bim, tanah gue sudah laku dengan harga bagus, ‘Si Abah’ memang luar biasa, hanya dalam waktu tidak lebih sebulan tanah seluas itu laku, thank ya Bim udah nemenin..” Bima mengangguk, ikut senang, “…tenang Bim, gue kasih surprise lo sama Max ntar ya!”
“Thanks”
“Lo kenapa sih, Bim?”
“Masalah lagi sama bokin ( istri ) lo?”
“Ya gitu deh…”
“Lo balik lagi gak ke ‘Si Abah’?”
Bima menggeleng, dan malas meneruskan usulan Dilan untuk balik lagi ke ‘Si Abah’ Bima sudah tahu jawabannya, nyatanya memang Riana berselingkuh dan tak mau melepas Joko Purwanto, jadi kalau pun Bima minta ‘obat’ lagi ke ‘Si Abah’ paling cuma disuruh sabar dan hasilnya Bima harus mau menerima Riana kembali. Itu masalahnya sekarang, Bima tak mau kembali ke Riana setelah tahu Riana benar-benar telah berselingkuh dengan Joko Purwanto, Bima pun tak mau meninggalkan Riana, karena kasihan sama anak-anak. Kalau soal hati Bima sudah hancur, tak ada lagi yang bisa diperbaiki, prinsip Bima terlalu teguh dipegang, dan Bima kadung menggenggam prisnip itu, bahwa seorang istri yang berselingkuh hendaknya diceraikan dan tidak ada kata maaf apa lagi menerima semua kesalahannya. Bima bukan Max dan Max bukan Bima.
“Max kemana Bim? Udah lama gak liat, udah devorce sama bininya?”