TEARS OF A MAN

Bhina Wiriadinata
Chapter #27

#27 MAKSUDNYA

27

MAKSUDNYA??

BIMA DAN MAX

 

Tak ada yang bisa memprediksikan bagaimana sebuah takdir itu terjadi secara bersamaan atau secara pararel, peristiwa demi peristiwa berjalan seperti sebuah hasil contekan ujian, semua sama dalam hitungan soal yang seragam, meski bukan sebuah anomali, yang pasti peristiwa selingkuh telah membuat Bima menjadi seseorang yang dihujani masalah itu secara terus–menerus, dari mulai orang tuanya, kakaknya, akhirnya pada dirinya sendiri, itu belum selesai, tiba-tiba saja, dia bertemu dengan lelaki yang juga mengalami hal serupa, apakah ini sebuah takdir yang pas untuk Bima? Walau pun Bima sendiri tak bisa menuntaskannya, semua berakhir tragis dan semua berakhir dengan kematian, akankah kematian juga akan menyapanya? Bagaimana dengan Max? Ahh Max kan tak ada hubungan darah dengannya? Tapi haruskah perselingkuhan yang dialaminya harus berakhir dengan kematian?

Bima agak takut mengatakan pada dirinya sendiri, dia tak sanggup meneruskan itu, seolah memang itu sebuah keniscayaan yang akan terjadi kelak. Rasanya masalah perselingkuhan Riana dapat dia atasi hanya dengan dua cara, yaitu membiarkan Riana kembali pada dirinya setelah puas bersama Joko Purwanto atau melepas Riana dengan ikhlas untuk menuntaskan beban beratnya. Sanggupkah Bima untuk itu?

Yang paling parahnya perselingkuhan di keluarganya semua dimulai dan dimainkan oleh para istrinya, bukan para suaminya, ibunya, istri Gusti dan Riana, mengerikan sekali apa yang terjadi pada diri Bima. Ibu yang dia hormati habis-habisan ternyata mengkhianati bapak dengan cara yang teramat memalukan, tertangkap basah tatkala sedang berada dalam satu kamar hotel bersama lelaki selingkuhannya. Gusti pun demikian sengaja memergoki Lestari dalam satu kamar dengan teman dekatnya sekaligus ‘saudara’-nya dalam satu kamar. Bima? Tidak sih, hanya Riana memesan kamar bersama dan mungkin Joko Purwanto ada di kamar itu.

Sudah berkali-kali Bima tak mau menyimpan memori yang penuh luka itu, Bima tak sanggup, menggambarkan sosok perempuan baik, baginya sama saja dengan mengulang masalah. Ibunya kurang baik apa? Perempuan pekerja keras, mengabdi pada suaminya dan memerhatikan kedua anak lelakinya dengan baik, namun dipenghujung umurnya yang menginjak tua, ibu seperti terpeleset oleh nafsu yang tak bisa dia hindari, akibatnya malapetaka terjadi di ujung usianya. Gusti lebih memilih diam, merasakan kesakitannya dikhianti oleh dua orang manusia yang dianggap paling dekat dan dua makhluk yang tak akan mungkin berbuat jahat! Nyatanya? Lestari dan Sandro membunuhnya dengan halus, membunuh jiwanya dan melemahkan otaknya hingga penyakit tertanam ditubuhnya dan akhirnya mati juga.

Mungkinkah bapak, Gusti dan Bima adalah lelaki lemah dan tak memuaskan istri-istrinya masing-masing? Standar apa sih yang bisa memuaskan perempuan bergelar istri? Harta? Sex? Yang bagaimana yang perempuan inginkan? Rasanya kalau kedua hal tersebut bapak, Gusti dan Bima bisa mengatasinya, Nyaman? Ini yang paling tidak masuk akal, nyaman yang bagaimana yang perempuan inginkan? Nyaman itu bukan semau-maunya, tetap harus ada toleransinya, kalau hanya mematok kenyamanan sendiri tanpa tahu menyamankan pasangan lalu buat apa menikah?   

Ada hal yang tak bisa dimengerti dari makhluk bernama lelaki atau perempuan, mengapa mereka berselingkuh? Untuk apa? Apa yang mereka cari? Hati! Adalah tonggak segala perbuatan, kalau saja hati bisa dijaga tentu selingkuh akan bisa diatasi, kalau saja hati bisa diatur tentu selingkuh tak akan pernah ada, setidaknya tak melukai pasangan paling tidak. Tahu bagaimana rasanya diselingkuhi? Sakit! sama sakitnya dengan dikhianati, apalagi hati Gusti, luar biasa sakit, Lestari selingkuh dengan temannya, sahabatnya,’saudara’, luar biasa sakitnya sampai Gusti tak dapat berkata-kata, dia telan semua luka, dia makan sakit itu hingga akhirnya Gusti sendiri yang harus mempertaruhkan hidupnya untuk menahan sakit hatinya.

Ini bukan masalah gender, mau lelaki atau mau perempuan selingkuh itu berlaku pada siapa saja termasuk para banci, gay, lesbian sekali pun! Ini hanya masalah hati yang mereka tak bisa jaga dan tak mengusai hasratnya serta tak dapat mengerem nafsunya sendiri, para peselingkuh itu tidak pernah berpikir bagaimana jika mereka ada di pihak yang diselingkuhi? Sekali lagi ini bukan masalah gender!

Bima, mendengarkan Max yang sedang menceritakan bagaimana akhirnya dia mengambil keputusan untuk menceraikan Tere tanpa syarat apa pun, Max menentukan sendiri bahwa pada akhirnya kekuatannya mempunyai tingkat kehancuran sendiri, Max sudah tak mau lagi memikirkan soal melankolis anak-anaknya, justru karena demi anak-anak Max mengambil keputusan untuk menceraikan Tere dengan segala resiko yang harus diambil.

“Kita cerai! Aku sudah tak tahan dan kesabaranku tak sebanding dengan kekuatanku, aku sudah muak membohongi diriku sendiri, lebih baik kita pisah, biar kamu bisa lebih bebas lagi menikmati hidupmu dan menikmati hasratmu yang tak bisa terpenuhi oleh satu lelaki!”

Tere diam, ini adalah keputusan Max yang paling berani, wajahnya sudah tak dihiasi lagi dengan cinta, wajah Max jauh dari kasih sayang, wajahnya penuh dari tekanan yang melebihi kebenciannya, Max menyerah di malam jumat tepat ketika Tere menghilang selama lima hari dan baru kembali di hari ke enam dengan wajah penuh dusta! Tere diam di belakang, dia sadar bahwa lima hari dia bersama Panji adalah unntuk menyelesaikan urusannya sekaligus merayakan perpisahannya berdua di Yogjakarta, hanya berdua, keputusannya adalah Tere dan Panji siap berpisah.

Lihat selengkapnya