33
SAAT SAAT KAU BERBARING DI DADAKU
BIMA DAN MAX
Bima terkaget-kaget ketika Max menarik masuk ke kamar lalu menutup pintu dan memeluk Bima dengan erat, Bima setengah mati gelagapan akan pelukan Max, Bima merasa geli sekaligus heran, kenapa Max berlaku begitu pada dirinya? Untungnya Max dengan cepat melapaskan pelukannya dan Bima dengan cepat pula menyingkirkan tubuhnya dari Max., kemudian mereka saling diam, Max kikuk Bima pun demikian, Bima merasa sesuatu terjadi pada Max, Max merasa Bima seperti tak memberi sinyal rishi. Max malu sekali.
“Maaf Bim, Gue…gak sengaja…”
Bima tersenyum, lalu segera mencairkan suasana dengan kata-kata yang membuat Max akhirnya juga tertawa.
“Biasalah kalau suami kurang pelukan istri kan begitu!”
Mereka lalu berbicara tentang keadaannya masing-masing, Max menanyakan kenapa Bima lebih cepat datang ke Bandung? Bima menjelaskan bahwa Bi Narsih juga lebih cepat datang dari perkiraan. Sedang Max memang ingin cepat pergi dari rumah, karena Tere masih mau mencoba merayu Max agar tak menlanjutkan proses perceraiannya, Max tidak mau, keputusan sudah bulat dan tak ada negosiasi lagi.
“Itu karena lo, Bim….”
Bima memandang ke arah Max, ada perkataan yang dialamatkan ke Bima, seolah Bima adalah provokator untuk Max agar menceraikan Tere.
“Lalu? Lo nyesel?”
Max menatap Bima, tidak sama sekali, justru Max senang karena bisa lebih dekat dengan Bima, bagi Max lebih suka dekat dengan Bima sekarang ini ketimbang dia mengurus perceraian atau membicarakan perceraiannya, Max sudah senang ketika Bima datang dan kini Bima ada didekatnya. Max seolah mempunyai curhatan hati yang lain rasanya, namun Max masih belum berani membicarakannya, kini berada satu kamar dengan Bima adalah kesenangan.
“Buat apa nyesel?”
Setelah bicara ke sana, ke sini, Bima diserang kantuk luar biasa, jam sudah menunjukan pukul 01.00 dini hari, Bima akhirnya tak berdaya melawan kantuknya, sementara Max yang terjaga dari tidurnya malah matanya tak dapat terpejam. Ketika Bima sudah benar-benar tidur, Max membuka bingkisan yang tadi belum sempat dia buka, perlahan dibukanya bingkisan itu, Max menyimpan benda berbahaya yang terbungkus kertas koran itu di atas meja di dekat lampu tidur di sampingnya, Max hati-hati sekali berjalan, takut kalau Bima terusik, ketika Max menatap Bima yang tidur seenaknya, Max menatap perut Bima yang gendut dan berbulu. Entah dari mana datangnya setan itu, tiba-tiba saja hasrat Max bergelora, perut Bima seperti membangkitkan sesuatu, Max masih menatap itu dengan takjub, lalu nampak underware Bima yang berwarna hitam, Max benar-benar telah dirasuki setan.
Kemudian Max dengan berani memegang Bima pada wajahnya, Bima tak bergerak, tangan Max menelusuri dada Bima, membuka kemeja Bima yang ternyata tak memakai kaos dalam, menatap bulu halus Bima, tanpa ba bi bu, tanpa komando Max menciumi perut Bima, seolah Max baru saja meminum pil perkasa yang kemudian bereaksi dengan seketika, tak tahu malu lagi, Max menggerayani tubuh Bima lalu mencium bibir Bima yang bau rokok, Max tak perduli, Max yakin Bima menyukainya.