34
TERNYATA OH TERNYATA
MAX
Dua hari sebelum keberangkatan Max ke bandung, Max berdiri di sebuah jalan agak sepi pada waktu senja hari, jalan sebuah perumahan yang menyambung dengan sebuah mol, pohon-pohon rindang di sisi jalan membuat suasan senja itu seperti mencatat kenangan indah, beberapa orang hilir mudik berjalan, sepasang kekasih dengan indah berjalan sambil bergandengan tangan, si perempuan tinggi memakai celana jins yang dipadu dengan kemeja putih tipis yang longgar, sehingga angin sore yang nakal mengibaskan kemejanya ke arah belakang dan nampaklah sebagian pundak si gadis tinggi dan putih, rambutnya tergerai terbawa angin, indah sekali pemadangan gadis itu, sementara si lelaki dengan gagahnya menggenggam tangan pacarnya, lelaki berkaos hitam ketat dengan kaca mata hitam yang berdiri di atas hidungnya yang mancung, mereka benar-benar pasangan serasi, Max agak ngiri melihatnya, bukan ngiri, kagum akan keserasian pasangan itu.
Max berjalan, karena waktu tinggal lima menit untuk menemui seseorang di sebuah café yang ada di mol seberang jalan, Max celingukkan mencari tempat duduk smoking area, setelah duduk Max memesan kopi kesukaannya, meminta beberapa pastry untuk sekedar mengasami mulutnya untuk bisa merokok. Waktu hampir habis dari lima menit ketika si watress datang dengan kopi pesanan, Max masih celingak-celinguk menunggu seseorang yang dia sudah kenal lama akan membawa sesuatu yang Max pesan.
Seseorang itu kemudian muncul dengan mata tertutup kaca mata hitam, mencari Max dengan bantuan pesan yang ada, seseorang itu lalu berjalan, dengan memakai kaos polo warna biru serta celana biru pula, lelaki itu mendekat ke arah Max, Max menyambut dengan senyum, bersalaman lalu duduk saling berhadapan, mereka lalu menanyakan kabar masing-masing, berbasa-basi lalu menyeruput kopi yang dipesan Max, lelaki itu kemudian membicarakan ikhwal pesanan Max.
“Gak bisa sekarang bro, paling ntar gue anter aja ke tempat lo nginep di Bandung, soalnya gue harus nyuri-nyuri waktu dulu buat bawa tuh barang…”
“Gak apa-apa Bro…yang penting barangnya ada”
“Buat apa sih Bro?”
“Kan gue udah bilang, gue mau ngabisin lelaki yang udah ngrebut bini gue, dendam gue!”
“Ati-ati Bro, soalnya banyak mata-mata di Bandung”
“Gampanglah itu, lo bisa bantu gue kan?”
“Bisa, asal lo bawa aja ke tempat yang gak dijamah orang, ntar gue yang beresin”
“Trus gue kasih cash sekarang ya..”
“Yoi…ntar gue utus orang gue ke tempat lo, kasih alamatnya aja”
Max menulis alamat hotel bintang lima itu di tissue lalu memberikan pada si lelaki itu kemudian dimasukan tisu itu ke saku celana jins yang yang ketat.
“Ngomong-ngomong gimana cewek lo jadi lo kawinin?”