36
TEARS OF A MAN
BIMA, MAX, RIANI DAN TERE BERAKHIR
Riana masih tak percaya dengan apa yang terjadi pada Bima, sejuta alasan apa pun Riana tetap tak percaya, bahwasanya Bima adalah korban penembakan sekaligus mempunyai hubungan sesama yang sama sekali di luar perkiraannya, Riana masih merasa ini sebuah mimpi yang tak mungkin jadi kenyataan. Riana yakin sekali Bima bukan lelaki seperti itu, masalahnya bukti mengatakan begitu dan Riana tak dapat membantahnya.
Di luar ruangan visum Riana dan Tere duduk saling membelakangi, kedua perempuan yang tidak saling kenal itu diam dan sibuk menyusut air matanya masing-masing, menunggu hasil otopsi membuat keduanya saling bungkam, karena pasti pihak kepolisian akan mendapatkan bukti yang otentik. Tere dan Riana harus siap-siap mendengar misteri kematian para suaminya.
Mereka berdua dipanggil oleh petugas, ditanya-tanya ini dan itu kemudian diminta memastikan bahwa kedua korban tembakan itu adalah benar suami mereka, sekali lagi kedunya diminta memastikan kedua korban. Pertama Riana, dengan sekuat tenaga Riana mencoba tenang, lalu berjalan dengan pelan, Riana diminta diam dulu oleh petugas, setelah Riana dapat menguasai dirinya, mayat Max dibuka, Riana menggelengkan kepalanya.
“Betul ibu tidak mengenal yang ini?”
Riana mengangguk sambil menutup mulutnya, lalu bergeser ke mayat sebelahnya dan Riana harus benar-benar mempersiapkan mentalnya untuk yang ini, karena Riana yakin bahwa ini adalah Bima Johandi-suaminya yang telah dia sia-siakan selama berbulan-bulan ini, Riana bukanya tak tega melihat Bima dalam keadaaan mati seperti itu, melainkan penyesalan yang bertumpuk-tumpuk di dadanya, juga sesaknya belum juga usai karena permohonan maafnya belum tersampaikan.