Waktu sudah menunjukkan pukul 23.05. namun seorang gadis masih belum memejamkan matanya, padahal besok adalah hari pertama ia sekolah setelah kepindahannya ke ibu kota. Gadis itu masih nampak asyik menonton drama di laptopnya. Hingga beberapa saat kemudian, pintu kamar terbuka, buru-buru ia menutup laptopnya dan menarik selimutnya.
"Ami, kalau kayak gini terus Papah sita ya laptopnya." Ancam pria paruh baya yang merupakan sang ayah dari gadis tersebut.
"Iya, Pah. Ini Ami mau tidur kok." Sahut gadis bernama lengkap Adyra Charmichaelle itu.
Sang Ayah pun pergi dari kamar putrinya itu.
Ami melirik sekilas dari balik selimut, memastikan ayahnya sudah benar-benar pergi. Setelah merasa aman, ia kembali membuka laptopnya.
"AMI TIDUR! KALAU ENGGAK BESOK LAPTOPNYA PAPAH JUAL!!" Ancam sang Ayah dengan nada tinggi.
Ami langsung menaruh kembali laptopnya dan menarik selimut. " IYA PAH, INI AMI TIDUR KOK."
***
Pagi harinya, Ami bangun tepat saat matahari mulai menampakkan dirinya. Rasanya semesta masih berpihak padanya karena tidak membuatnya telat bangun dihari pertamanya. Bisa dibayangkan apa yang akan ia dapat dari Papahnya jika ia telat bangun gara-gara semalam nonton drama tanpa kenal waktu.
"Pagi, Pah." Sapa Ami yang baru saja turun dari kamarnya di lantai atas.
"Beruntung ya kamu hari ini enggak terlambat." Ucap Farid-- Papah Ami-- dengan nada menyindir. Ami hanya cengengesan.
"Buruan makan, kamu harus urus banyak hal nanti di sekolah."
Ami segera duduk dan mulai menyantap makanannya. " Urus apa emang?"
"Surat-surat pindah. Nanti kamu ke kantor kepala sekolah dulu ya."
"Lah, Papah enggak ikut?"
"Papah anter aja, banyak yang harus diurus soalnya di tempat kerja yang baru."
Ami menatap sinis Farid sambil berucap. " Halah, sok-sokan tempat kerja baru. Uang jajan dua kali lipat ya."
"Kalau kamu mau beresin bagian Papah sih oke aja. Uang jajan kamu bisa dinaikin." Ucap Farid dengan smirknya yang khas.
"Ogah, bagian Ami aja udah banyak banget." Tolak Ami cepat.
Ami dan Farid memang punya kesepakatan, bagian bawah merupakan daerah kekuasaan Farid, jadi Farid bisa bebas melakukan hal yang ia mau selama masih di daerah kekuasaannya. Tapi sebagai pemiliknya, ia juga harus membersihkan daerahnya sendiri.
Sedangkan daerah Ami berada di lantai atas, dan sudah menjadi tugasnya untuk membersihkan dan juga merapikan daerahnya.
Tapi ini tidak termasuk untuk dapur yang berada di lantai bawah. Dapur mempunyai jadwal sendiri yang dimana Ami dan Farid harus bergantian tiap harinya untuk membersihkannya.
Sebenarnya bisa saja mereka menyewa pembantu supaya tak perlu repot-repot membersihkan rumah dengan jadwal seperti ini. Namun sejak kecil Ami selalu dilatih untuk bisa mandiri dan tidak selalu mengandalkan orang lain. Jadi hal seperti ini sudah sangat biasa baginya. Bahkan rutinitas seperti ini sudah ia jalankan sejak masih tinggal di Bali.
Usai sarapan Ami langsung berangkat ke sekolah diantar Farid. Namun seperti kata Farid tadi, ia hanya mengantar dan tak ikut masuk. Ami sudah biasa menangani urusannya sendiri, jadi ini bukanlah hal yang baru.
Sampai di sekolah barunya, Ami langsung menuju ruang kepala sekolah. Ia sudah pernah kesini, jadi ia agak mengenal sedikit demi sedikit lingkungan sekolahnya.
Usai mengurus surat-surat pindah, ia diarahkan menuju kelasnya, 11 IPA-2. Sampai di sana, kelas masih nampak tak terlalu ramai. Hanya ada beberapa siswa yang masih bisa dihitung jari.
"Cari siapa ya?" Tanya seorang gadis yang berdiri di belakang Ami.
"Ah, ini 11 IPA-2 kan?" Tanya Ami.
Gadis itu mengangguk.
"Ami, anak baru di kelas ini." Ujarnya sambil mengulurkan tangannya.
"Ohh, anak baru. Gue Asha." Gadis bernama Asha itu membalas uluran tangan Ami.
"Masuk aja." Asha mempersilahkan.
Ami mengangguk dan mengikuti Asha.
"Bud, pindah, Bud." Asha menepuk pundak lelaki yang tengah fokus pada ponselnya.
"Apa dah, ganggu aja." Balas lelaki yang Asha panggil 'Bud' itu.