Perubahan sifat Chao sebenarnya sesuatu yang patut Mei curigai, bagaimana mungkin Chao yang bahkan jika melihat Mei di dekatnya bisa meradang dan mengamuk. Mabuk sepanjang hari selama hari-hari kehilangan puteranya, hanya dalam waktu kurang dari belasan hari berubah kembali menjadi Chao yang baik.
Selama beberapa hari Chao selalu menyediakan makanan siap saji atau makanan yang dibelinya di luar, dan meminta Mei tidak usah memasak selama masa penyembuhannya. Ia hanya meminta Mei menerima Xixi sebagai saudaranya dan bisa menjadi adiknya. Chao bahkan membawa baju-baju kotor Xixi ke binatu, bersama dengan baju-baju Mei dan bajunya, sambil ia berangkat ke kantor, sesuatu yang selama hidup Mei bersama Chao tidak pernah dialami dan dirasakannya.
Tentu saja ini menjadi aneh bagi Mei meskipun alasan Chao karena Mei belum sepenuhnya pulih dari sakit. Bukankah ini sesuatu yang ajaib menurut Mei, setelah tamparan, tendangan dan pukulan yang membuat Mei berdarah-darah dan harus dirawat intensif beberapa hari untuk pemulihan, dan itu semua dijalani sendiri, selama Chao kabur.
Setelahnya Chao mengajak Xixi untuk pergi membeli beberapa keperluan sehari-hari untuknya yang tidak sempat dibawanya dari rumah pamannya. Hampir seharian mereka keluar berdua, Xixi hanya mengikuti apapun yang diperintahkan Chao tanpa memprotesnya, sementara Mei dibiarkan berkecamuk dengan pikirannya sendiri.
“Malam ini, kamu tidak perlu masak, aku dan Xixi akan keluar membeli keperluan untuknya dan juga makan malam kita, jadi tunggu saja”, Chao sama sekali tidak memikirkan apakah Mei akan merasa tersinggung dengan tindakannya membawa Xixi keluar, sementara ia sendirian di rumah, meskipun ia memang dalam kondisi sakit.
***
Malam sekali mereka berdua baru pulang, Mei sengaja tidak menunggu dan memilih berbaring di kamar, ia bahkan telah menyantap makanan siang tadi yang ia panaskan daripada menunggu Chao dan Xixi kembali.
Xixi, berlari ke dapur meletakkan beberapa makanan yang dibeli ke dalam piring-piring, dan setelahnya ia menunggu Mei keluar, tapi ia meminta kepada Chao agar diizinkan masuk ke kamarnya dulu, dan akan menyusul makan setelah Chao dan Mei selesai karena merasa canggung dan segan. Chao tidak protes, meskipun meminta Xixi untuk membiasakan makan bersama karena mereka kini bagian dari keluarga.
Setelah beberapa kali memanggil Mei tidak mendapat jawaban, Chao makan sendirian, dan membiarkan semuanya di meja terbuka, karena berharap Mei akan turun makan setelahnya.
Chao naik ke atas, dan masuk ke kamar melihat Mei tertidur dalam balutan selimut dengan beberapa obat dan beberapa band aid di antara bungkusan plastik. Bau penisilin menguar, membuat Chao mual, kesal dan memilih keluar. Tapi tidak langsung beranjak turun, sementara Mei dalam keremangan lampu kamar dapat melihat bayangan Chao, tapi ia sama sekali tidak merespon ketika Chao memintanya untuk makan malam.
Mei sengaja berpura-pura tidur, ia tahu dengan kondisi sakitnya, tidak mungkin bagi Chao untuk mengajaknya bersenang-senang, bahkan mengamuk pun tidak akan dilakukannya selama ada Xixi. Mungkin ini sebuah keuntungan bagi Mei, meskipun ia juga tidak mengharapkan jika Xixi selamanya harus ada diantara mereka agar bisa mengatasi kebiasaan buruk Chao menyiksa Mei.