Kali ini rencana Mei dan Xixi semakin bulat, ia tidak mau terlambat didahului oleh Paman Hong palsu, seseorang yang mengaku sebagai petugas bank, laki-laki pengirim surat dari mendiang pamannya Xixi, meskipun waktu kepulangan Chao masih seminggu lagi. Bukan tidak mungkin Paman Hong itu akan lebih dulu membocorkan pertemuan itu sebelum Chao pulang, dan bukan tidak mungkin juga Chao nekat pulang lebih dulu demi Xixi.
Saat kunjungan terakhir kemarin ke kafe, Mei telah memberi tahu kepada pemilik café, tentang laki-laki dengan ciri yang detilnya telah disebutkan Mei. Ia bersedia memberinya tips besar, jika bersedia membantunya. Hal itu menjadi cara yang efektif, mengingat ia dan Xixi, tidak bisa sepanjang hari menunggu kemunculannya di kafe. Agen bayaran Mei itu akan menjadi mata-mata mereka mengintai keberadaan laki-laki yang mereka incar.
“Aku akan melakukannya tanpa bayaran”, begitu katanya kepada Mei sewaktu rencana itu disampaikan kepadanya. Mei terkejut, dan menanyakan alasannya, sehingga Mei akhirnya tahu bahwa ternyata Han adalah teman baik Jinxiang yang selama ini telah membantu mengembangkan kafenya hingga besar seperti sekarang ini. Jadi ia akan membantunya dengan sukarela, tapi Mei justru kuatir dan memintanya jika hal ini untuk sementara waktu tidak boleh diketahui Jinxiang, kecuali jika secepatnya ia bisa menemukan laki-laki itu dan mereka mengetahui identitasnya. Barulah mereka punya kepastian dan bisa membeberkan tujuannya. Ia sepakat.
***
Pengunjung kafe siang itu tumpah ruah, seluruh sisi kafe penuh, dan Han, teman Jinxiang itu mulai beraksi, dengan memilih duduk di sudut kafenya sendiri, memesan segelas squash dan duduk santai sambil berkaca mata hitam untuk membantunya menyelidik.
Sementara Xixi yang penasaran, tengah membongkar koper mencari berkas-berkas terkait uang pamannya itu. Xixi ingat salah satu kuitansi tagihan pamannya yang pernah ia terima dari bank pada saat serah terima asset sitaan tersebut. Ia hanya bisa mengingat seseorang bernama Hong, namun bukan laki-laki berwajah tirus dan kurus yang mengantarkan surat dan juga mengaku bernama Hong. Siapa Hong palsu yang sebenarnya?.
Koper coklat itu dibongkar Xixi, ditariknya beberapa dokumen yang dibenamkan di dasar koper. Berisi lembaran fotokopian berkas, sebuah dompet berisi uang simpanan terakhir pemberian pamannya yang ia sisihkan dalam tempat khusus, sementara sisanya di pegangnya untuk keperluannya sewaktu-waktu selama perjalanannya bersama Chao. Namun Xixi belum menemukan sesuatu yang bisa menjadi petunjuk, paling tidak sebuah nomor telepon.
Jika Xixi dan Mei memutuskan bergerak ke rumah bekas mendiang pamannya, jelas akan memakan waktu, sementara Mei juga harus istirahat total demi kesehatannya. Dengan kemungkinan adanya dua pilihan lainnya, pilihan itu akan menjadi alternatif terakhir yang akan ditempuh jika semuanya buntu.
Padahal bisa saja mereka mereka langsung menghubungi Bank Mayday, namun mereka kuatir jika Hong itu adalah orang yang sama dan ia memang benar bekerja di sana.
Kecuali jika mereka meminta bantuan Jinxiang yang juga menjadi salah satu nasabah VIP mereka, yang tentu saja dengan senang hati mereka akan menyerahkan data orang tersebut, itupun jika memang bekerja disana. Jinxiang tidak boleh tahu rencana ini, dan Mei berusaha untuk menahan diri, sambil menunggu kabar dari Han, pemilik kafe langganan mereka.
Terpaksa untuk kunjungan berikutnya ke kafe sore ini, Mei dan Xixi harus menyamar, mereka bahkan memutuskan untuk keluar terpisah, dan akan memilih meja dibagian dalam yang jauh dari trotoar agar bisa memberi sudut pandang yang lebih luas untuk mengintai.
Xixi berangkat duluan setelah memesan becak yang tepat sedang melintas di depan rumah Mei. Ia bergegas cepat begitu sampai, menyusuri lorong melalui sisi samping kafe, sambil berusaha berhati-hati untuk menjaga segala kemungkinan, dan langsung mengambil meja pesanannya. Dari sana ia bisa melihat sudut-sudut kafe lainnya.
Sementara Han yang tidak diketahuinya juga sedang mengintai. Duduk santai dengan gaya eksekutif, memakai kacamata hitam, sebuah koran yang hanya digunakannya sebagai kamuflase untuk mengalihkan perhatian agar tidak merasa curiga. Ia sebenarnya meyakini jika laki-laki itu sepertinya tidak asing, maka giliran ia yang kini diliputi rasa penasaran luar biasa.
Jika benar memang laki-laki itu yang dimaksud, ia mengenalnya bukan sebagai Paman Hong, tapi seseorang dari sebuah perusahaan ekspedisi yang dua hari sekali mengirim pesanan barang ke toko grosir di sebelah kafenya, dan jadwal kunjungannya adalah hari ini.
Ia sudah memastikannya dari kenalannya seorang kasir di perusahaan ekspedisi itu. Ia memastikan dengan cara menanyakan jadwal kunjungan dari kota dimana Paman Xixi tinggal sebelumnya.
Ia juga juga sudah mendapatkan dugaan namanya dari daftar list kurir yang nama dan jadwalnya memang terpampang di papan pengumuman yang berada di front office kantor ekspedisi tersebut. Jadi ia tidak kesulitan, dan tidak perlu menanyakannya langsung kepada teman kasirnya itu untuk mengurangi kecurigaan yang tidak perlu. Setidaknya selama ia menjalankan misi rahasianya atas pesanan Mei. Ia bahkan meminta kepada seluruh pekerja kafenya untuk tidak mengganggunya selama ia berada di posisinya sekarang.
***