TEDUH RETAK

RAIHAN IMAM FAHREZA
Chapter #2

Sebelum mengenal mu

  1.  Sebelum Mengenalmu 

 

“Waa... waa...” Suara ribut-ribut sayup terdengar 

“Ada apa sih, kok kayanya ribut banget di lapangan” Ucap Tina sambil melihat keluar lapangan. 

“Tugas mu udah selesai Ra?” tanya Shanti kepadaku 

“Belum nih, sedikit lagi. Kenapa Shan?” 

“Aku udah selesai nih, mau lihat ngga?” Shanti menyodorkan buku nya padaku. 

“Engga Shan, aku bisa sendiri kok” 

“Eh guys, lihat deh kayanya kita kedatangan orang baru deh” ucap Tina sembari menunjuk keluar jendela. 

“Kamu dari tadi heboh sendiri deh Tin, emang kenapa kalau kedatangan orang baru?” jawab Shanti. 

“Tapi ini beda, bukan perempuan, laki-laki. Kayanya ganteng deh makanya mereka pada heboh begitu” ucap Tina lagi. 

“Iya terus? Kamu penasaran? Turun aja liat gih” ucap Shanti sedikit acuh. 

“Ah, kamu ga asik deh Shan” balas Tina sedikit jutek 

“Udah ah Ra, lanjutin aja siapin tugas kita” Shanti meletakkan buku tugas nya dihadapan ku. 

“Ayo Ra!” Tina meraih tangan ku dan menarikku mengikutinya. 

“Eh, kemana Tin?” tanya ku terkejut. 

“Udah ikut aja yuk!” ucap Tina sambil berjalan menarikku 

Tina membawa ku turun dan terus berjalan mengarah ke arah lapangan. Setiba di lapangan kami melihat punggung seorang pemuda berkemeja hitam, rambut comma hair cutting, celana cream dan sepatu putih berbicara dengan pemilik lembaga. Terlihat mata setiap perempuan yang ada disana  tertuju padanya. 

Sahabat ku Tina pun, juga antusias dan menaruh perhatian kepadanya. Aku masih tidak paham, kenapa ia membawa ku turun kesini. Sampai akhirnya, pemuda ber kemeja hitam tadi berbalik badan. Kulit putih, sepasang mata yang lentik namun tajam, hidung mancung, dagu yang ramping dan badan yang terlihat atletis.  

Ia kemudian tersenyum kearah semua nya, entah kenapa aku merasa senyumannya sangat manis. Dan ada satu moment dimana aku merasa bahwa tatapan mata kami berdua bertemu dan ia terlihat seperti tersenyum khusus kepadaku. Aku tidak yakin, mungkin hanya perasaan ku saja. Ia pun pergi setelah menyapa semuanya. 

Keesokan harinya, aku pun melanjutkan kegiatan seperti biasa. Ketika kegiatan senam pagi di lapangan, seorang pemuda mengendarai motor sport datang memasuki gerbang lembaga pelatihan dan memarkirkan motornya. Ia pun turun dan membuka helm yang dikenakannya. Dan benar saja, dia adalah pemuda yang kemarin. Ia berjalan ke arah kami dan menemui guru dan pemilik lembaga yang berada di depan barisan kami semua. 

Ia kemudian bediri diam di belakang mereka. Setelah kegiatan senam selesai, ia pun dipanggil maju oleh pemilik lembaga. 

“Ohayou gozaimasu minna san” (selamat pagi)  Ucap pemilik lembaga menyapa kami semua. 

“Ohayou gozaimasu” jawab semua serempak. 

“Hari ini, kita kedatangan pengajar baru. Dan saya ingin memperkenalkannya kepada kalian semua” ucap pemilik lembaga 

“Kemarilah, silahkan perkenalkan dirimu” pemilik lembaga memanggil pemuda itu. 

Ia pun kemudian maju kedepan dan mengambil microphone dari pemilik lembaga. Tina yang berdiri di sebelah ku terlihat sangat antusias. Ia terlihat begitu senang, tersenyum girang sembari sesekali menyenggol bahu kanan ku dengan lengan nya. 

“Selamat pagi semuanya, perkenalkan nama saya Arka, Arka Prasetya. Mulai hari ini, saya akan bergabung dengan kalian semua sebagai pengajar bahasa Jepang yang baru. Saya harap bisa bekerja sama dengan kalian semua mulai dari sekarang. Terima kasih, mohon kerjasama nya” ucap Arka memperkenalkan diri. 

“Uwwgghh... kamu dengar itu Ra, namanya aja keren banget. Arka, Arka sensei” ucap Tina dengan senyum semringah. 

“Kontrol dirimu Tin, malu ih banyak orang” ucap Shanti menepuk bahu Tina. 

“Apaan sih Shan, kamu tuh ga di ajak” jawab Tina dengan nada sedikit jutek 

“Terserah” balas Shanti. 

Aku hanya tersenyum melihat kedua sahabatku itu. Mereka sering kali berbeda pendapat dan bertengkar karena hal-hal kecil, namun hal itu yang membuat mereka sangat akrab. Dan aku merasa sangat lucu melihat tingkah mereka. 

“Baiklah, Terima kasih Arka. Semuanya, mulai hari ini Arka sensei akan mengajar kelas lanjutan. Oleh karenanya, murid yang berada di kelas lanjutan harap perlakukan Arka sensei dengan baik. Terkhusus untuk murid perempuan, jangan menggoda Arka sensei” ucap pemilik lembaga. 

“Iyaa baik senseii” ucap semua murid perempuan sambil sedikit tertawa 

Sekilas aku kembali merasa mata ku dan Arka sensei kembali bertemu, dan ia tersenyum lagi kepadaku. Setelah itu kami dibubarkan dan masuk ke kelas masing-masing. 

 Selama dua bulan lebih belajar disini, aku mendapat nilai dan perkembangan bahasa yang cukup baik. Sekarang aku sudah masuk ke kelas lanjutan, dan ya pengajar ku adalah pengajar baru Arka sensei. 

“Baiklah semuanya, kelas ini adalah kelas lanjutan yang dimana kita akan berfokus pada penggunaan pola kalimat dan kosa kata yang telah kalian pelajari dalam berbicara dan berinteraksi menggunakan bahasa Jepang. Juga kita akan berfokus pada pendalaman penggunaan kanji (Huruf Jepang) untuk pengambilan sertifikat bahasa” Arka sensei menjelaskan 

“Izin bertanya sensei, sensei lulusan sastra bahasa Jepang?” tanya Dina. 

“Eh, engga saya bukan lulusan sastra jepang. Saya belajar bahasa otodidak dari nol” Arka menjelaskan 

“Waah, hebat banget dong. Belajar mandiri otodidak begitu” ucap Dina dengan mata yang berbinar. 

“Sensei udah punya pacar?” Rani menimpali. 

“Kalau itu.. Belum” ucap Arka sambil melirik kecil kearah Shira. 

“Eh, kok arah matanya ke arah ku” ucap Shira dalam hati. 

“Sudah, pertanyaaan nya cukup sampai sini. Kita mulai pelajaran nya sekarang” ucap Arka lagi. 

Kelas pun berlanjut seperti biasa. Cara sensei Arka menjelaskan sangat mudah dipahami. Dia mampu menjelaskan dengan sangat baik, sabar dan mengulang terus jika ada yang tidak kami mengerti. Ketika ia  memberikan kami tugas untuk dikerjakan, ia juga tidak banyak bicara. Ia hanya berbicara ketika menjelaskan dan menjawab pertanyaan. Selebih nya ia hanya diam, membuka laptop nya dan sesekali mengawasi kami.  

Selama jam istirahat pun, ia tidak banyak berinteraksi dan hanya duduk di depan laptop nya saja. Beberapa kali kulihat teman teman ku mencoba untuk berinteraksi dengannya, ia merespon dengan seadanya saja. Jika ada yang mencoba usil menggoda nya pun ekspresinya tidak berubah. Auranya terasa sangat dingin, ada kesan sedikit sombong tapi dia cukup ramah dalam berinteraksi. 

Sore hari pun tiba, kegiatan pelatihan kami pun telah selesai semuanya. Tina dan Shanti mengajakku untuk membeli makanan diluar untuk makan malam. Saat itu kulihat sensei Arka duduk di pendopo dekat pos penjaga. Ia berbicara dengan beberapa murid laki-laki dan pak satpam. Ketika kami berjalan melalui mereka kulihat dengan sekilas pandangan sensei Arka mengarah ke kami. Namun, aku mencoba untuk acuh dan tidak memedulikannya. 

“Baiklah, kalau begitu sampai sini dulu ya. Saya pamit duluan, mau ke bengkel dekat sini. Kayanya motor saya bocor ini ban belakang nya. Diisi angin tadi pagi, ini sudah aga kempes lagi” ucap Arka sambil mendorong motornya. 

“Iya sensei, hati-hati ya” ucap para murid laki-laki. 

“Pamit dulu pak” Arka menghidupkan motor nya. 

“Oh iya, hati-hati Le” jawab pak satpam 

Arka melaju sepeda motornya dengan pelan, mengikuti Shira dan kedua sahabat nya. Mereka menuju ke arah rumah makan yang lokasinya tidak jauh dari asrama mereka. Sejenak Arka menghentikan laju motornya, ia berpikir dan mecari alasan yang logis dan tidak terkesan mengikuti agar pertemuannya benar benar seperti kebetulan. 

“Brrm... Brrmm” Suara sepeda motor Arka. 

Arka turun dan membuka helm nya. Kemudian berjalan ke arah warung. 

Lihat selengkapnya