Hujan gerimis kembali turun di kota kecil ini. Rintiknya lembut namun menyayat, membasahi tanah, pepohonan, dan jalanan sepi yang seolah telah lama kehilangan cerita bahagia. Rumah-rumah kayu berdiri pasrah di bawah langit kelabu, catnya pudar oleh waktu dan musim. Di salah satu beranda rumah tua yang nyaris roboh, seorang bocah laki-laki duduk membisu. Aku-Raka.
Sejak lahir, hidupku tak pernah benar-benar mengenal pelukan kasih sayang dari orang tua. Ayah meninggal dunia ketika aku masih bayi, terlalu kecil untuk mengingat wajah atau suaranya. Satu-satunya pelindungku, ibuku, pergi meninggalkan dunia saat aku duduk di bangku kelas tiga SD.
Sejak itu, aku benar-benar sendiri.
Aku anak bungsu dari lima bersaudara. Kakak-kakakku - tiga perempuan dan dua laki-laki - telah lebih dulu merantau ke kota besar. Mereka meninggalkan desa ini untuk mengejar masa depan, dan aku? Aku tetap di sini, sendirian, di rumah tua yang kini tak lebih dari tempat berteduh dari hujan dan kesepian.