Sudah 4 jam Ale masih berkutat dengan pipa di bawah westafel milik keluarga Keni, tapi selama itu tidak ada perkembangan yang berarti. Pipa masih bocor dan Ale mulai basah kuyup karena terkena cipratan air berkali-kali, sementara Cinta masih tertawa-tawa di sampingnya.
Ale mendesah pasrah lalu melirik ke arah Keni. Si anak mami itu sepertinya dengan sengaja mengambil salah satu kursi meja makan, lalu menaruhnya di depan pintu dapur dan duduk di sana dengan mata yang tak pernah lepas dari Ale. Cowok itu sudah menonton Ale sejak tadi sambil memakan camilan dengan santai. Bikin kesal. Bikin deg-degan secara bersamaan.
Masalahnya, jika Ale ketahuan berbohong dan ternyata tidak bisa memperbaiki pipa itu, maka bayaran yang nanti akan didapatnya juga akan dibatalkan.
Hei, Ale akan jujur, dia memang pernah melihat pamannya membetulkan pipa, tapi hanya sekedar melihat dan tidak pernah turun tangan langsung. Yang dia lakukan sekarang ini hanyalah mengira-ngira apa yang pernah dilihatnya dulu. Tapi ternyata Ale menyerah. Pekerjaan seperti ini memang membutuhkan tenaga ahli. Kalau bukan karena uang, dia juga tidak mau rela basah-basahan seperti sekarang.
Ale sebal. Fokusnya masih buyar karena keberadaan Keni. Cowok itu seperti mata-mata yang harus diberantas sampai ke akar-akarnya supaya tidak menimbulkan masalah. Maka Ale mencoba bicara, "Gue gak lagi ujian dan gue gak bakalan nyontek. Lo gak perlu jadi pengawas dan diem di situ terus-terusan."
Keni tersenyum miring, "Gue cuma mau lihat berapa lama lagi pipa itu tetap bocor."
"Gak akan lama lagi. Bentar lagi juga kelar gue benerin."
"Bagus dong kalau gitu." Keni mengangguk-angguk lalu kembali makan camilan di tangannya.
Begitu Ale yang tengah menahan dongkol setengah mati mencoba berkutat dengan pipa lagi, Keni mengeluarkan suaranya kembali, "Ngomong-ngomong, Bunda gue bakal balik satu jam lagi."
OH MY GOD! Tiga kata itu yang langsung terlintas di pikiran Ale sementara mulutnya sudah terbuka lebar-lebar. Si anak mami ini benar-benar menguji kesabarannya.
Oke, Ale mencoba berkompromi untuk tidak segera menjambak rambut Keni sekarang, dia harus segera fokus pada pipa di depannya jika ingin uang yang sudah dibayangkan berhasil sampai di tangannya. Maka mengabaikan Keni adalah cara terbaik.
Oh kalau ingin tahu, mengabaikan Cinta sudah menjadi prioritas bagi Ale. Sejak tadi, dia tidak mengacuhkan segala komentar, kejahilan dan apa pun yang sedang dilakukan hantu itu.
Ale kembali fokus. Dia mulai mengotak-atik ponselnya. Mencari-cari lagi video tutorial memperbaiki pipa. Dia mencoba mengikuti langkah demi langkah di dalam video itu. Tapi, suara denting jam membuat Ale tidak bisa fokus dan akhirnya membuat Ale melakukan banyak kesalahan.
"Le, setengah jam lagi," peringat Cinta.