Hari Minggu, Ale sendirian saja di rumah. Ayahnya sibuk bermain bulu tangkis dengan teman satu kantornya dan Cinta... entah pergi ke mana. Sejak selesai membereskan kekacauan yang dibuatnya di kamar Ale, hantu itu langsung tancap gas dan menghilang begitu saja.
Oh kalau ingin tahu kekacauan apa yang dibuat Cinta, semuanya berawal dari pernyataan Cinta soal sisa makanan. Masih ingatkan hantu itu pernah bilang menimbun sisa makanan di bawah ranjang Ale?
Malam itu, sepulang dari rumah Baby Cira, Ale langsung memeriksa kamarnya. Bisa dibayangkan bagaimana murkanya Ale ketika melihat banyak sampah di bawah ranjangnya: bungkusan yang berisi snack melempem, keripik-keripik pedas yang ternyata tidak dimakan, roti yang sudah tak berwujud, permen karet yang sudah lengket—oh My God—dan kebanyakan wadah kosong sisa minuman yang sengaja dibuang di situ. Yang paling menyebalkan, kok bisa-bisanya Ale tidak tahu perihal sisa makanan itu selama ini?
“Maksud lo apa buang sampah di bawah kasur gue, Setan Gila?” teriak Ale histeris saat pertama kali menemukan sampah-sampah itu.
Pantas saja Ale merasa aneh waktu melihat ada dus-dus di bawah ranjangnya ketika bersih-bersih kamar. Ale pikir ayahnya memang sengaja menyimpan dus-dus itu di bawah sana. Tidak tahunya....
“Gue emang sengaja pengen bikin lo kesel,” jawab Cinta tertawa puas.
Oke, Ale memang bodoh karena tidak memeriksa isi dus-dus itu lebih dahulu. Maka untuk menebus kebodohannya, sejak dia terbangun subuh tadi, Ale meminta Cinta untuk membereskan apa yang sudah dimulai hantu itu dan tentu saja... dengan tidak mudah. Ale sampai membuat berbagai macam ancaman agar hantu itu mau menuruti permintaannya.
Drrt... drrt... drrt.
Tiba-tiba suara getar terdengar dari arah kasur. Ale yang sedang sibuk mengikat rambutnya melirik ke arah ponselnya berada. Begitu selesai ikat mengikat, dia mengambil benda pipih itu. Ada pesan yang masuk.
Keola.Niscala
Gue gak suka orang lelet
Sekarang udah 20 puluh menit sebelum waktu janjian
“Cih! Kadang-kadang gue kepikiran buat beli boneka voodoo,” komentar Ale sambil melemparkan benda elektronik itu ke atas kasur, tempatnya tergeletak semula.
Ale menyambar jaket jeans-nya yang berwarna biru muda cerah—warna kesukaannya—lalu memakai jaket itu sebelum meraih tas ransel berwarna serupa yang biasa dia gunakan setiap melakukan kegiatan dengan anggota Teilzeit.
Ngomong-ngomong, hari ini Ale memang janjian dengan Keni untuk bertemu dengan salah satu klien dari Teilzeit yang akan melakukan pindahan. Mereka diminta untuk mengangkut barang-barang sekaligus membereskannya di rumah yang baru. Maka meski waktu masih pagi, Ale telah bersiap diri.
Keni bilang pindahan itu lumayan melelahkan dan menghabiskan banyak waktu. Jadi, ketika cowok yang tidak ingin pulang malam ke rumahnya itu merecoki Ale dengan serangkaian pesan pengingat seperti tadi, Ale mencoba bersabar meski ujung-ujungnya dongkol sendiri di dalam hati.
Keni itu kayak orang kurang kerjaan. Masa ngingetin hampir lima menit sekali? Wajar saja jika Ale kesal lama-lama.
Ale sedang memeriksa kelengkapan semua barang di dalam ransel yang harus dibawanya saat suara getaran ponsel terdengar lagi. Ale berdecak dan dengan malas membuka pesan yang baru saja diterimanya.
Keola.Niscala
Hati-hati
Terlambat lima menit, lima persen bayaran lo buat gue
Berlaku kelipatan
Tuh kan Keni mulai lagi! Ya Tuhan, kenapa sih spesies seperti Keni bisa lolos seleksi dan terlahir ke dunia? Ale menggeram kesal. “Gue beneran harus beli boneka voodoo secepatnya!”
Kalea_Nirbita
Lo yang harusnya hati-hati
Lima menit gue datang lebih awal, sepuluh persen bayaran lo buat gue
Berlaku kelipatan
Keola.Niscala
Pengalaman mengajarkan : Ancaman dari orang yang tukang ngaret itu gak pernah berlaku
Karena ujung-ujungnya gue yang menang
Sialan! Mengabaikan Keni dan pesan pengingat tidak pentingnya itu, Ale buru-buru keluar dari kamar sambil menggendong ransel dan menggenggam ponselnya. Tidak! Dia tidak akan membiarkan Keni menang—lagi—kali ini dan mengambil sepeser pun bagian yang harusnya jadi milik Ale. Enak saja!
Tapi gerakan Ale terhenti di depan pintu utama rumahnya karena sebuah pesan yang baru saja masuk dan membuat mata Ale membulat seketika. Tadinya Ale sudah bersiap untuk membalas apa pun isi pesan dari Keni, tapi pesan itu bukan dari cowok dengan tinggi 184 cm itu. Ini pesan dari orang lain yang membuat Ale mematung cukup lama.
08123xxxxx70
Hampir seminggu dan aku masih melihat Hagi berkeliaran dengan bebas.
Di sekolah, di rumah, di mana pun dia berada. Sangat menjengkelkan!
Sepertinya Teilzeit belum mengambil satu langkah pun untuk melakukan tugas dariku.