Biasanya aku pulang bersama mereka, namun sepertinya aku di tinggalkan lagi. Terpaksa harus pulangnya naik bis.
Tidak sampai lima menit bus nya datang dengan penumpang kosong. tidak ada seorang penumpang pun di dalam bus tersebut, berasa horor.
Aku tidak mampu menahan kantuk yang sedari tadi menyerang. tugas praktek tadi membuatku stres. ku sandaran tubuhku pada penyandar kursi, rasanya nyaman dan sejuk.
Sementara itu bus berhenti perlahan sehingga tidak membangunkan Elisa yang tertidur lelap. masuklah seorang pria remaja dengan rambut yang acak acakan, ada bekas lebam pada bibir kiri dan pipi kanannya. seragamnya di keluarkan, leher bajunya tidak di rapikan. berperilaku ala preman, kemudian dia duduk di samping Elisa.
Semuanya berjalan seperti biasanya, tidak ada yang di khawatirkan. Remaja tadi tidak memperhatikannya yang sudah terbuai dalam mimpi.
Beberapa menit kemudian ia mulai merasa bahu kanannya berat, seseorang telah bersandar meminjam bahu nya.
"siapa dia" tanyanya menatap heran, kemudian berinisiatif untuk memindahkan kepala elisa di dekat kaca jendela. Namun sia-sia Elis malah merangkul lengannya dan mengembalikan seperti semula.
matanya melotot, saat halte yang seharusnya jadi tempat pemberhentian nya terlewat begitu saja. sesekali ngedumel karena ia tidak sanggup bergerak.
kembali ia memandang Elisa dengan penuh perhatian. bagaimana tidak, ia beberapa kali memperbaiki posisi kepala Elisa agar tidak terjatuh yang berakibat membangunkannya.
Ada perasaan aneh yang menganjal di hatinya setiap ia mengelus lembut pipi halus Elisa. dentaman jantungnya memompa darah tidak beraturan. dia sering dekat dengan perempuan hingga berakibat perkelahian namun tidak seperti biasanya.
Sementara itu Elisa tidak terganggu dengan tangan pria itu, mungkin sudah terlarut dalam mimpi. Tanpa di duga ia mendekatkan wajahnya pada wajah teduh Elisa.
Dia mengecup bibir Elisa dan merasakan kelembutan bibir ranum yang terawat. kecupan itu mengusik mimpi Elisa, perlahan ia membuka kedua matanya.