bruk...
"ahh" pekikku kesal karena gara gara bahuku di tabrak oleh seorang pria tegap memakai seragam yang sama denganku.
"oii, kalau punya mata tuh di pake. tidak lihat orang segede ini" tanyanya sambil membersihkan kotoran debu di seragam putih bersih miliknya.
ku tatap lekat wajah yang tak asing itu, sontak aku kaget. tanganku menunjuk wajahnya itu.
"kamu kan gadis bus yang kemarin kan" tanyanya tak kalah kaget.
"apa yang kamu lakukan disini, pria mesum."
"bukan urusanmu, mau tau aja urusan orang" ucapnya sambil berlalu.
Elisa mengumpat hingga mengutuknya menjadi maling kandang ayam. "awas saja kalau ketemu lagi, akan ku pelintir hidung mancungnya itu" ia berjalan sampai ke kelasnya sambil ngedumel.
=Dalam kelas=
"Elisa, ada apa" tanya Ara yang telah memperhatikannya sedari tadi.
"Ra, aku tuh kesel banget loh" ucap Elisa sambil mengepalkan tangan ke udara.
"kesel sama siapa, Arka lagi?" Erina menghampirinya lalu memberikan sebotol air es untuknya.
setelah meneguk air es itu sampai setengah botol otaknya sudah mulai dingin kembali. "bukan Arka, tapi kesal sama seorang pria sombong dan tidak tahu tata krama itu."
"siapa" tanya Ara mengambil alih botol itu lalu meneguknya sampai tandas.
"tadi kan aku lagi baca mading di depan kelas sebelah tuh, terus dia nabrak bahu ku hingga berakibat jatuh. orang jatuh kan di tolongin kek, minta maaf kek, ehh dia malah pergi senak jidatnya" jelasnya.
"wah, minta di jitak tuh cowok. oke, kamu tenang saja kalau kita ketemu lagi sama dia tinggal tunjukkan ke aku yang mana orangnya. nanti biar aku yang buat dia jera" jelas Erina.
aku tersenyum mendapatkan belaan dari dua sahabatku ini. sejenak aku berfikir jika nanti kelulusan di depan mata apakah mereka tidak akan melupakan ku.
"oiya, aku dengar kelas kita akan kedatangan siswa baru loh. katanya sih ganteng" ucapan Ara memecahkan keheningan yang sempat tercipta beberapa saat.
"memangnya seganteng apa dia, punya bulu mata lentik tidak?" tanya Erina yang mulai penasaran.
"aku tidak tahu karena berita nya kurang akurat, aku aja dengar dari teman kelas sebelah."
"seganteng apa dia sampai menggegerkan satu sekolah" tanyaku penasaran.
"entahlah, katanya sih dia anak orang kaya terus alisnya tebal, punya senyum manis."
aku tersenyum miris, siapapun itu aku tidak peduli.
°°°°°°°°
(mereka bertemu)
Ia mengitari koridor sekolah, untuk pertama kalinya dia akan berbaur dengan dunia yang penuh dengan orang-orang yang tidak peduli dengan ilmu padi. Sekolah ini cukup luas, memiliki banyak ruang kelas yang di desain sedemikian rupa.
Saat sedang asik memandangi ia tidak sengaja menabrak bahunya salah satu siswa. Dengan cepat dia minta maaf lalu kembali melangkah pergi. Namun langkahnya terhenti saat salah satu dari mereka menahan pergelangan tangan nya.
"Ehh tunggu dulu, lu jangan maen nyelonong aja. Nyembah" Pintanya.
"Apa!?" Devan sedikit terkejut, baru kali ini ada yang menyuruhnya nyembah selain Ayahnya.
"Lu denger tidak, nyembah" Pintanya lalu mendekati Devan berniat untuk menginjak kakinya agar berlutut.
Namun dengan cepat Devan mengubah posisi berdirinya menjadi sedikit terbuka, lalu berpaling melangkah mundur. itu menguntungkan bagi nya. Mereka tercengang saat melihatnya bisa mengatasi itu.