Pagi itu langit tampak cerah. Pantulan sinar matahari berhasil menembus jendela kamar tanpa sungkan. Jakarta dan teriknya, memang menjadi perpaduan paling menyenangkan untuk menikmati hari weekend yang tanpa rencana.
Dengan kondisi ruangan yang melenggang, Kara tersenyum sambil menatap layar ponselnya yang menyala. Ada binar bahagia yang terpancar di wajahnya saat melihat sosok yang telah lama ia rindukan muncul di sana. Buru-buru ia menggeser tubuhnya menepi di kursi yang terletak di depan jendela.
"Iya Bu, ini Kara baru selesai mandi. Baru aja aku mau nelpon Ibu, eh tahunya udah ditelpon duluan. Ibu sehat?" Kara berbicara sambil terus menatap layar ponselnya. Di sana, ibunya pun tengah menatapnya dengan wajah sumringah.
Mereka berdua memang sedang melakukan panggilan video sekarang. Makanya Kara bisa puas melepas rasa rindunya pada wanita paruh baya yang sudah lama tidak ia temui secara langsung itu.
"Alhamdulillah Ibu sehat, Mbak. Amel di mana, kok nggak keliatan?"
"Lagi di dapur, Bu. Sibuk ngurusin menu makan siang hari ini. Biasalah, dia kan chef paling rajin seantero Jakarta."
"Mbak ini, bukannya bantuin Amel di dapur malah santai di kamar. Hari ini emangnya nggak ada kuliah?"
"Nggak ada Bu, aku sama Amel lagi libur kuliah hari ini. Bapak mana, Bu?"
"Lagi ke pasar. Nemenin si Mas beli sepatu. Minggu depan udah mau masuk sekolah lagi."
"Udah naik kelas dua ya sekarang, Bu?"
"Iya Mbak. Mas bentar lagi lulus SMK. Sekarang aja udah hampir setinggi Bapak. Mas Idul tumbuhnya benar-benar tumbuh ke atas, bukannya tumbuh ke samping kayak Mbak."
"Ih Ibu, malah ngatain anak sendiri." Kara tertawa, begitu pula ibunya yang ada dalam mode panggilan video tersebut.
Di antara tiga bersaudara, Kara memang anak pertama sekaligus anak yang paling pendek diantara ketiganya. Jika dijejer dengan adik-adiknya, Kara lebih cocok menyandang gelar adik dibanding seorang kakak.
Pranggg!
"Astaga," tawa Kara mendadak terhenti, begitu pula dengan jantungnya yang hendak copot karena kaget.
Suara barusan sepertinya berasal dari dapur. Suara benda yang terjatuh dan bersentuhan dengan lantai tegel hingga menimbulkan suara yang nyaring. Suara itu persis suara piring pecah akibat jatuh ke lantai.
"Kenapa, Mbak?" tanya ibunya dengan panik. "Itu suara apa barusan? Kok nyaring banget."