Tekad Dalam Jiwa

Zsa Zsa Eki Liztyasari
Chapter #2

Masuk SKO Ragunan (1996)

Perjalanan dan kerja kerasku dibayar medali emas di kejuaraan tingkat provinsi. Hatiku gelisah menanti surat darinya. Hingga datanglah sepucuk surat dengan namaku yang diketik rapi. Membawaku pergi dari sarang lalu hinggap di tempat baru. Begitu asing dan mendebarkan. Sepertinya semesta memperhatikanku baik-baik.

“Brader … welkam tu SKO Ragunan. Tempat bernaung bagi para atlet dan pelatih dari tanah kita tercinta Indonesia Raya Boi dan dengan senang hati abangmu ini mengajakmu berkeliling, bagaimana wahai juniorku?”

Aku yakin maksudnya brother welcome to, kawan.

“Terima kasih abangku Ujang atas sambutan meriah gegap gempitanya. Iya tolong antar saya berkeliling, saya sudah didesak rasa penasaran yang terus bergelayut ingin segera melihat kehebatan sekolah yang bahkan lebih besar dari Istana Presiden. Tapi sayang, sebenarnya ada satu hal yang kurang dari penyambutan abang.”

Entah mengapa aku ingin mengikuti permainannya.

“Apa itu wahai juniorku?” Ujang bertanya seraya mengernyitkan dahi.

“Orkes dangdut.”

                                                           ***

Pertama aku membereskan barang-barangku di kamar asrama. Asrama 3 tingkat dengan isi 2 murid per kamar. Selesai beberes aku mulai berkeliling dengan Ujang. Tempat ini besarnya membuat kepala pening. Bayangkan lahan 17 hektar dengan berbagai fasilitas untuk semua cabang olahraga. Sebut saja atletik, renang, voli, basket, panahan, gulat, taekwondo, sepak bola dan saking banyaknya otakku agak sulit mencernanya. Sedari tadi Ujang dengan semangat berkicau tentang ini dan itu padaku.

“Boi lihat, itu tempat dimana kita makan, disini kau akan diberi makanan 4 sehat 5 sempurna. Makanan yang selalu disarankan oleh guru-guru kita sewaktu SD agar anak macam kita tumbuh sehat kuat jiwa dan raga. Itu makanan untuk atlet, jadi kau tak perlu lagi berebut ikan asin dengan kucing garong.”

“4 sehat 5 sempurna Jang? Luar biasa, aku bisa gendut makmur disini.”

“Bodoh, makan pun diperhatikan misal latihanmu seperti apa sudah ada porsinya sendiri. Jangan kau pikir mentang-mentang gratis sekali makan kau bisa ambil nasi satu gunung dengan lauk yang cukup untuk orang serumah. Jangan permalukan aku Boi.”

Aku hanya mengangguk takzim. Tak apa makan dijatah yang penting aku bisa mengucapkan sayonara ikan asin welcome 4 sehat 5 sempurna. Ketika kami masih sibuk berkeliling kudengar suara gadis-gadis berteriak histeris. Telingaku langsung terangkat, siapa yang mereka teriaki? Apakah aku? Segera kuhilangkan pikiran itu karena tak satupun dari gadis kota itu tahu aku menghirup udara yang sama dengan mereka.

Rasa penasaran menggelitikku. Aku dan Ujang pun mendekat. Mencuri pandang diantara kerumunan dan kulihat dilintasan beberapa murid sedang bersiap untuk tanding lari. Sedari tadi gadis-gadis ini meneriaki satu nama. Bima go Bima go! Teriakan mereka memekakkan telinga. Siapakah Bima ini batinku.

Lihat selengkapnya