Tekad Dalam Jiwa

Zsa Zsa Eki Liztyasari
Chapter #16

Tekad Dalam Jiwa (2002)

“Pada bulan September tahun ini akan diadakan Asian Games di Busan, Korea Selatan. Bagi atlet yang terpilih akan maju di pertandingan maka persiapkan diri kalian.” Kata Pak Taufik.

“SIAP PAK!” semuanya berteriak antusias.

Astaga, Asian Games adalah pertandingan internasional yang pertama kali aku tahu. Dulu aku dan Ujang terus membual akan bertanding di Asian Games. Ini pertandingan yang diadakan empat tahun sekali. Aku tidak boleh kehilangan kesempatan ini.

Aku, Ujang, Bima dan atlet senior lainnya berlatih tanpa mengenal lelah. Kami semua disini ingin mewujudkan mimpi kami dengan menjadi atlet internasional. Di hari libur juga kugunakan untuk latihan.

Dua bulan setelah Pak Taufik memberi kabar mengenai Asian Games, beliau telah menyiapkan nama-nama yang terpilih. Disini aku tak henti merapalkan doa dalam hati. Bulir-bulir peluh sampai bertimbunan di dahiku karena tegang. Ujang juga begitu malah lebih buruk kondisinya, wajahnya pucat pasi sedari pagi dan Bima nun disana nampak khidmat memperhatikan.

Pak Taufik yang nantinya mendampingi kami di Asian Games mulai menyebutkan nama-nama berserta kategori yang akan dipertandingkan. Setiap kali Pak Taufik menyebut nama, rasanya jantungku seakan berhenti berdetak. Sampailah pada cabang atletik sekarang kondisiku mulai seperti Ujang, wajahku pucat pasi sedangkan Ujang mulutnya sudah berbusa lebih dahulu. Pak Taufik mulai menyebut nama-nama pada setiap kategori lari.

“Kategori lari pendek putra 100m Bima, lari pendek 200m Tama, lari pendek 400m Budi.” Geronimo! Namaku disebut kawan, namaku disebut. Rasanya jantungku seperti melompat keluar.

Ujang juga begitu ia dipercaya untuk bertanding di kategori lari jauh 10.000m. Bentuknya yang hampir seperti orang sekarat sekarang berubah menjadi segar bugar macam aktor di iklan obat anemia.

                                                           ***

Di pagi hari di bulan September, kami bersiap berangkat ke Busan, Korea. Butuh waktuh tujuh jam lebih untuk tiba disana dengan pesawat. Sesampainya di Korea kami segera diarahkan menuju penginapan para atlet. Disini aku langsung membenamkan tubuhku di atas kasur. Lamat-lamat kutatap langit-langit kamarku rasanya seperti mimpi bisa berada disini. Hari besar akan segera tiba, aku mulai menata hati dan pikiranku lalu terlelap.

Acara pembukaan dari perhelatan olahraga se-Asia resmi di gelar. Di awali dengan suara alat musik semacam tabla yang di tabuhkan bertalu-talu semarak. Satu per satu perwakilan tiap negara mulai memasuki stadion bersama dengan iringan musik dan tarian tradisional dari Korea. Hingga tibalah giliran kami, dengan jaket berwarna merah putih yang disematkan tulisan ‘INDONESIA’ dipunggung, kami melangkah tak gentar menghentak panggung megah Pesta Olahraga Asia.

Setelah acara pembukaan esoknya kami bersiap menunjukkan taring. Sebelum berangkat ke stadium Pak Taufik mengumpulkan kami.

“Asian Games adalah Pesta Olahraga yang paling dinanti se-Asia. Ada 44 negara, dengan ribuan atlet yang akan bertanding. Kalian berada disini bukan karena sebuah keberuntungan tapi buah dari kerja keras kalian sampai berdarah-darah. Siapapun lawan kalian jangan gentar, ada harapan dan doa dari semuanya yang meniti jalan kalian dan selalu ingat dengan berada disini berarti kalian memang pantas di panggung paling megah se-Asia!” semuanya serentak bersorak semangat sembari mengepalkan tinju ke langit.

Acara berlangsung dari tanggal 29 September hingga 14 Oktober dengan 38 ajang olahraga yang dipertandingkan. Ini pertama kalinya bagiku melihat ribuan atlet dari berbagai negara. Tidak seperti di Asian Atlethic Championship yang hanya mempertandingkan cabang atletik, Asian Games mempertandingkan hampir semua cabang olahraga lintasan maupun lapangan.

Di cabang atletik untuk kategori lari pendek telah dilakukan penyisihan sejak hari pertama pertandingan dimulai. Kategori lari 100m dimulai terlebih dahulu yang dalam sekejap membuat wajah kalem Bima sirna, tatapannya berubah menjadi serius kala bersiap di lintasan. Bunyi tembakan menyalak nyaring. Ia melesat menghabisi lawannya tanpa ampun seperti cheetah yang kelaparan. Bima berhasil lolos dengan mulus di babak penyisihan pertama.

Setelah beberapa pertandingan, penyisihan lari pendek 100m berakhir segera disusul dengan penyisihan lari pendek 200m. Ketika menuju lintasan aku berpapasan dengan Bima ia meraih bahuku. Langkahku terhenti, aku melirik padanya.

Lihat selengkapnya