Teknologi Kenangan

Ken Hanggara
Chapter #6

6 - Segalanya Serba Hitam

Bagaimana seorang gadis menjadi robot bisu setelah seseorang menyiramkan cat hitam di dalam kamarnya?

Kisah ini kudengar dari manusia sayap merpati yang lain.

"Dia mulai mengecat tubuhnya sendiri," kata sang ibu suatu kali. "Mengecat benar-benar seluruh bagian tubuhnya, setiap inci dan setiap jengkalnya, semuanya, dengan cat hitam. Saya hanya akan melihat hitam kelam di sana dan tak mungkin tahu kalau itu putri saya kalau bukan karena ada bola mata yang masih sama dan barisan gigi yang juga tak berubah. Hanya saja ...."

"Hanya saja kenapa, Bu?"

"Hanya saja, sorot matanya menjadi sorot mata orang lain. Itu bola mata yang sama dengan bola mata yang dimiliki putri saya selama ini, tapi jadi lain karena mata itu tidak lagi berbicara pada saya seperti dulu. Mata itu hanya lurus menembus apa pun yang berada di depannya, bahkan menembus mata dan kepala saya, ibunya, seolah tak ada saya yang mengajaknya bicara di depannya. Seolah saya hanyalah sekelebat masa lalu yang ingin ia lupakan. Seolah ia ingin tahu sesuatu yang jauh di luar jangkauan matanya. Seolah ada sesuatu yang harus ia lihat di suatu tempat, jauh di luar batas kemampuannya!"

"Ia tidak pergi ke mana-mana?"

"Tidak. Sudah saya bilang kalau ia tetap di kamarnya dan ia mengecat semuanya dengan warna hitam, bukan? Yah, saya bisa apa? Waktu itu sempat saya cegah dia dan dia malah menangis seharian penuh, dengan suara tangis yang tidak lantang, tapi cukup untuk menyayat hati saya, Nak! Saya tak bisa menghentikan air mata anak saya itu, kecuali saya beri lagi cat hitam untuknya dan saya biarkan dia melakukan apa pun yang dia mau dengan cat hitam itu!"

"Kalau boleh saya tahu, siapa yang setega itu menuangkan cat hitam di kamarnya pada hari kejadian, Bu?"

"Saya sendiri tidak terlalu yakin. Itu terjadi amat cepat. Seseorang, ah, bukan... dua atau tiga orang, merangsek masuk ke rumah kami, mengacak-acak perabotan, menendangi barang-barang, dan ketika saya memohon agar mereka pergi, mereka hantam kepala saya hingga pingsan. Saya berasumsi para lelaki itu merayap naik ke lantai dua setelah membuat saya tak sadarkan diri. Seperti mereka sudah tahu di sanalah bisa bertemu putri saya!"

Lihat selengkapnya