"Udah siap Nan?" Tanya Kama.
"Kalau ga di-siap-siapin ga akan beneran siap sih."
Dalam perjalanan pulang dari Kafe, kama meyakinkan kembali akan rencana yang akan mereka buat. Akun instagram Telinga sudah jadi, tinggal beberapa postingan dan buat iklan atau bekerja sama dengan beberapa akun komunitas agar banyak yang melihat.
Setelah puas menegur Kinan akan pikirannya yang sembrono karena masih membuat sesi privat di tengah jadwalnya yang mulai padat, Kama mengantar Kinan pulang. Kinan tau akan kuliahnya semakin sibuk tetapi kinan juga tau bahwa tenaga untuk pengajar Fisika tidak banyak.
Apalagi dengan alamat yang membuatnya senang, mungkin kerja kerasnya selama ini tidak sia-sia karena bisa bertemu kembali dia Arkas atau mungkin ini akan menjadi titik lampu di pertigaan, lampu hijau atau lampu merah siapa tau rumah yang dulu di tempati Arkas saat bersekolah saat ini sudah diganti dengan penghuni baru.
"Kamu udah pernah ngelakuin semacam ini sebelumnya?"Tanya Kama lagi.
"Hehe..."Kinan hanya membuat cengiran dari mulutnya.
"Aku masih belum yakin aja apa ini akan berjalan dengan baik atau engga. Ada psikolog Nan."
"Psikolog mahal, lagian psikolog juga sama halnya seperti dokter Kama mainannya cocok-cocokkan." Kinan berusaha meyakinkan Kama.
Suasana di dalam mobil itu tiba-tiba hening, Kama menaikkan volume radio agar tidak menambah suasana tegang. Kinan juga pernah ke Psikolog tetapi tidak berjalan lancar hingga mengganti konsultasi ke beberapa psikolog sampai akhirnya Kama membuat Kinan lupa kalau dia pernah kesepian dan merasa kosong.
"Apa cuma aku ya yang seneng ngobrol sama orang ga dikenal?"Kinan tiba-tiba berubah pikiran.