“Selamat kau diterima disini”, Ucap Tuan Green sambil mengulurkan tangannya. Mendengar ucapan Tuan pemilik toko itu membuat Lizzy senang bukan kepalang. Dewi Fortuna nyatanya sedang berpihak kepadanya, baru percobaan pertama saja ia sudah dapat pekerjaan. Ia bahkan belum memperkenalkan namanya. Buru-buru Lizzy membalas uluran Tuan Green sambil menampilkan senyuman lima watt-nya.
"Tunggu!", Pria muda bernama Thomas itu mendadak muncul di hadapan Tuan Green dan Lizzy dengan raut sedikit heran. "Tuan, apa kau sedang bercanda?. Mana mungkin kau mempekerjakan gadis manusia ini?", Tanya pria muda itu setengah tidak percaya dengan keputusan tuannya. "Thomas, sudahlah." Kata Tuan Green sambil memberikan tatapan dingin nya kepada pria muda bernama Thomas itu. Hal itu cukup membuat Thomas mengurungkan niatnya untuk mendebat tuannya."Kau bisa langsung bekerja mulai hari ini", Kata Tuan Green sambil pergi berlalu menuju anak tangga. Mendengar hal itu membuat Lizzy semakin senang.
"Oh ya Thomas...", Kata Tuan Green di tengah perjalanannya menaiki anak tangga. "Tolong ajarkan gadis itu apa saja hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan selama di dalam toko ini". Setelah mengatakan hal itu, Tuan Green kemudian melanjutkan langkahnya dan sosok nya benar-benar menghilang di ujung atas anak tangga yang gelap itu. Kini hanya tinggal Lizzy dan Thomas yang menatapi kepergian Tuan Green. "Jadi, sekarang apa yang harus aku lakukan?", Tanya Lizzy sambil menatap Thomas menunggu tugas pertamanya dengan wajah berbinar. Thomas hanya menghembuskan nafas nya kesal karena tidak puas dengan keputusan Tuannya itu. Dengan wajah murung ia menuntun Lizzy untuk mulai menjelaskan sesuai permintaan Tuan Green tadi.
Thomas menuntun Lizzy untuk mengitari seluruh toko. Mulai memperkenalkan satu persatu sudut dari toko antik itu. Tampaknya Lizzy mulai kagum dengan isi dari toko itu. Thomas mengarahkan Lizzy untuk masuk kedalam salah satu ruangan di dalam toko itu. Semakin kedalam menyusuri ruangan itu, Lizzy semakin kagum karena ternyata disana sangatlah besar dengan rak-rak tinggi menjulang dengan ribuan barang antik yang terususun rapi disana. Rak-rak itu berjejer memanjang memenuhi toko seperti tidak berujung. Lizzy tak henti-hentinya menganga melihat pemandangan di dalam sana. Ia tidak menyangka jika toko yang terlihat usang dari depan menyimpan suatu kemegahan di dalamnya. Apa yang ia lihat di depan tadi, hanya secuil barang antik yang dijual di toko ini.
"Jadi apa ada pertanyaan?", Suara Thomas membuyarkan lamunan Lizzy. Gadis itu sedari tadi tidak sadar jika mereka kini telah kembali ke ruangan depan. "Ohh, kurasa tidak. Aku sudah mengerti". Thomas kemudian berjalan kearah meja kasir. "Kau tidak perlu membersihkan barang-barang itu hari ini karena sudah aku bersihkan tadi. Tugasmu sekarang hanya menunggu seorang pelanggan datang dan melayaninya", Kata Thomas sambil mengelap meja kasir didepannya itu. "Oh iya aku hampir saja lupa. Jangan pernah menyentuh bahkan membuka barang yang terbungkus kain putih itu", Kata Thomas melanjutkan sambil menunjuk kearah sebuah barang besar yang tertutup sebuah kain putih. Lizzy hanya mengikuti arah pandangan Thomas dan mengangguk mengerti. "Ta...tapi bagaimana jika aku ingin membersihkannya?", Tanya Lizzy kepada Thomas. "Kau tidak perlu membersihkannya, biarkan saja seperti itu. Dan satu lagi jangan pernah keatas menemui Tuan Green". Thomas lantas membuat gerakan tangan menyuruh Lizzy lebih dekat dengannya. Lizzy pun mendekat mengikuti perintah pria chubby itu. "Tuan Green sangat sensitif, jangan sampai membuatnya marah. Dia pria yang menakutkan", sambung Thomas sambil setengah berbisik takut jika tuannya mendengar dari atas sana. Lizzy hanya terkekeh mendengar ucapan Thomas.
***
Seringkali ketika manusia mati, mereka masih membawa harapan seperti mereka lupa bahwa urusannya di dunia ini telah selesai. Mereka tersesat kedalam harapannya sendiri hingga mereka tidak menyadari bahwa mereka telah terlalu lama telah berputar-putar di dunia. Tidak hanya harapan, sebagian dari mereka juga membawa luka dan dendam yang terus menyesatkan mereka di dunia ini. Namun, sebagian dari mereka nyatanya bisa mendapatkan sebuah anugerah untuk bisa terbebas dari semua rasa itu dan pergi dengan tenang dari dunia ini. Mereka bisa mewujudkan impian, menyembuhkan luka, bahkan bisa membalas dendam yang belum sempat mereka lakukan semasa hidup. Hanya manusia-manusia terpilih yang bisa mendapatkan anugerah tersebut.
Toko milik Tuan Green adalah satu dari sekian banyak tempat yang dapat mewujudkan ketiga hal tersebut. Tempat itu berada diantara dunia hidup dan mati berada, maka tidak ada satupun manusia hidup yang dapat melihatnya bahkan memasukinya. Toko milik Tuan Green menjual berbagai macam barang antik yang dapat mengabulkan setiap keinginan bagi siapapun yang membelinya. Sudah 999 tahun lamanya Tuan Green mengelola Toko Antik itu. Selama itu pula, ia telah mengabulkan harapan ribuan arwah manusia yang belum mereka capai selama hidup. Zaman berganti zaman, tahun berganti tahun toko itu hanya bisa dimasuki oleh arwah manusia. Namun, setelah hampir 10 abad toko itu berdiri, untuk pertama kalinya seorang manusia hidup dapat menginjakkan kakinya di dalam toko itu. Tentu saja hal itu membuat Tuan Green bertanya-tanya. Bagaimana bisa gadis itu bisa menemukan keberadaan toko itu dengan mudah. Setelah melihat brosur berwarna coklat itu, Tuan Green tahu pasti siapa dalang dibalik semua ini.
"Apa semua ini ulah mu?". Seorang wanita tua bergaun hitam itu tampak santai mendengar pertanyaan dingin dari pria itu. Wanita itu tetap dengan kegiatannya menyemproti bunga mawar merah yang tampak kontras dengan pakaiannya. Seolah tidak digubris, pria itu tetap mencecar wanita tua itu dengan nada dingin nya. "Apa tujuanmu sebenarnya dengan membawa gadis itu ke toko ku?". Wanita itu kemudian menaruh semprotan nya dan berbalik arah memandang pria itu dengan senyuman hangatnya seolah ia tidak bersalah seperti yang dituduhkan kepadanya. "Ohhh Richard ku sayang, lama sekali tidak berjumpa denganmu?", kata wanita tua itu seperti ingin mengalihkan topik pembicaraan. Tapi, pria itu sudah tahu pasti karakter wanita tua itu sehingga ia tidak mudah terpengaruh. "Bukankah ini kau yang membuatnya?", Kata pria itu sambil menunjukkan sebuah brosur berwarna coklat. Wanita itu hanya bisa menelan ludah karena rencananya telah terbongkar. Pria itu cukup cerdik untuk dibohongi. Tetapi, ia tidak akan mengaku begitu saja. Ia akan tetap mempertahankan rencananya yang sudah ia susun bertahun-tahun lamanya.
Wanita itu mencoba mendekat kearah pria itu sambil mengernyitkan wajahnya berpura-pura penasaran dengan isi brosur itu. "Bu...bukan aku yang melakukannya. Lihat saja itu adalah tanda tanganmu sendiri, Richard Green. Pasti kau lupa telah membuatnya sendiri", kata wanita itu mencoba mengelak. Mendengar pernyataan wanita tua itu, Tuan Green mendengus kesal. "Memang benar itu tanda tanganku. Tapi kau melupakan satu hal Martha. Kau lupa bahwa satu-satunya tempat yang menggunakan tinta berwarna perak untuk menuliskan tanda tangan hanyalah berasal dari tempatmu", Kata Tuan Green sambil menunjukkan jarinya ke wajah wanita itu. Martha, nama wanita tua itu, langsung menyahut brosur itu dari tangan Tuan Green. Ia memperhatikan dengan seksama isi dari brosur tersebut dan ia baru menyadari kebodohan dirinya. "Baiklah aku menyerah, memang benar aku yang membuatnya. Aku yang telah membuat gadis itu untuk datang ke toko mu. Tapi percayalah denganku Richard, dia sangat berguna untuk kelangsungan toko barang antik mu".
Penjelasan itu masih membuat Tuan Green bertanya-tanya akan maksud dari wanita tua itu. "Katakan padaku Martha, dia hanya gadis biasa mana mungkin ia bisa membantu ku menyelesaikan semua hal yang ada didalam toko ?. Dia bukan seperti Thomas, gadis itu masih hidup", Tanya Tuan Green dengan nada meninggi. Wanita tua itu semakin mendekat kearah Tuan Green, ia kemudian merapikan jas Tuan Green yang sedikit berantakan. "Dia bukanlah gadis biasa, dia istimewa. Dia mungkin saja bisa membantu untuk mempercepat semua misi mu. Bukankah kau sudah hidup terlalu lama?. Tidak kah kau sudah bosan Richard?". Pria itu hanya memalingkan wajahnya. "Apa kau sudah menerimanya bekerja?. Kau tidak perlu menjamin keselamatannya. Tolong terimalah saja dia berada di tokomu, aku meminta bantuanmu Richard untuk pertama kalinya", Kata Martha memelas. Tuan Green menghentikan tangan wanita tua itu yang sedang merapikan jasnya. "Aku tidak akan pergi dari dunia ini, sampai kapanpun aku akan menjaga toko itu. Tidak ada yang bisa membuatku pergi meninggalkannya". Tuan Green kemudian pergi meninggalkan Martha yang sedang mematung setelah mendengar ucapannya. "Aku akan membiarkannya berada di tokoku. Sesuai perkataanmu, aku tidak akan bertanggung jawab atas keselamatannya". Sosok Tuan Green kemudian menghilang dari pandangan Martha. Wanita tua itu hanya bisa menggelengkan kepalanya mencoba mencerna semua perkataan Tuan Green. "Anak itu masih belum berubah, dia masih angkuh dan masih mencintai dunianya. Tidakkah kehidupan 1000 tahun membuatnya tersadar?".
***
Lizzy datang kesekolah seperti rutinitasnya sehari-hari. Dia berjalan agak terburu-buru karena bangun kesiangan. Ya mungkin dia belum terbiasa dengan pekerjaan part time. Kemarin dia baru sampai rumah jam 9 malam dan kemudian belajar hingga larut malam untuk ujian hari ini. Meskipun kemarin tidak ada pengunjung satupun, tetap saja Thomas menyuruhnya pulang sesuai dengan jadwal seharusnya. Dari kejauhan, Lizzy melihat Andrew sedang melambai-lambaikan tangannya. Tidak ingin terlalu percaya diri, Lizzy menengok ke kanan dan kekiri untuk memastikan bahwa pria itu melambaikan dirinya. Seperti tidak dihiraukan, Andrew kemudian berlari menghampiri Lizzy. "Aku memanggilmu dari tadi Liz, apa kau tidak mendengarnya?", Kata Andrew sambil sedikit kelelahan karena berlari. "Maaf, aku tadi terburu-buru karena sudah telah", Timpal Lizzy seadanya. "Ini belum terlambat Liz, masih pukul 7.50 pagi!", Kata Andrew sambil melihat jam tangan miliknya. "Tetap saja bagiku terlambat And, aku tidak terbiasa berangkat jam segini". "Tenglah Liz, aku bahkan pernah melalukan yang lebih buruk dari ini", Kata Andrew berkelakar. Mendengar perkataan Andrew membuat Lizzy sedikit agak tenang, terlambat sedikit bukanlah hal yang buruk. Andrew hanya tersenyum dan kemudian mengajak Lizzy untuk sama-sama berjalan ke arah kelas. Lizzy agaknya curiga dengan sikap Andrew ini, tapi gadis itu tidak ingin terlalu berpikir jauh untuk sikap baik seseorang.
Mereka terus berjalan hingga tidak terasa telah sampai di depan kelas Lizzy. "Terima kasih And, telah menemaniku berjalan". "Tidak masalah", kata Andrew sambil berlalu pergi menuju ruang kelasnya. Lizzy kemudian bergegas menuju bang ku nya, tapi sayang saat berbalik arah Amber dengan sengaja menjegalnya dan seketika membuat gadis itu terjatuh kedepan. Semua mata tertuju kepada Lizzy yang sedang jatuh kesakitan. Lututnya sedikit memar dan mengeluarkan darah karena tergores lantai ruang kelasnya. Tidak ada yang berani menolong Lizzy, karena ada Amber yang sedang menatapnya dengan penuh amarah. Perlahan-lahan gadis berambut blonde itu berjongkok dihadapan Lizzy. "Kau rupanya sudah berani mendekati Andrew?", Kata Amber sambil menekan dahi Lizzy dengan jari telunjukknya. "Kemarin di lapangan dan tadi kau mencoba mendekatinya. Kuperingatkan ya gadis pincang, jangan sekali-kali kau dekat-dekat dengannya lagi!. Jika kulihat kau berada di dekatnya lagi, aku akan melakukan hal yang lebih buruk dari ini, camkan itu!. Asal kau tahu saja, Si cantik bukanlah milik Si Buruk Rupa. Seharusnya kau sadar akan hal itu!", Kata Amber sambil sekali lagi menekan jari telunjukknya ke dahi Lizzy. Amber kemudian berlalu dari hadapan Lizzy yang sedang kesakitan. Terdengar bel sekolah telah berbunyi. Lizzy kemudian meraih tongkat berjalannya dan perlahan-lahan mencoba untuk bangkit. Gadis malang itu kemudian melanjutkan langkahnya menuju tempat duduknya. Sepertinya tidak hanya lututnya saja yang terluka, pergelangan kakinya yang patah akibat kecelakaan itu juga terasa semakin nyeri. Lizzy mencoba untuk tidak menangis untuk saat ini.
***