TELL ME YOUR WISH

Eviannelise
Chapter #4

Chapter 2 (Beauty and The Beast Part 2)

“Apa yang kau lakukan di sini gadis bodoh?”

Pertanyaan dari suara berat itu membuat Lizzy tersadar, bahwa apa yang Ia alami kini bukanlah mimpi semata. Tanpa aba-aba, Tuan Green menarik lengan Lizzy untuk berdiri. Tatapan Tuannya itu entah mengapa membuat Lizzy merasa ketakutan. Ya, Tuan Green terlihat marah. Semua itu terpampang nyata di raut muka pria berahang tegas itu. Apakah Ia akan dipecat?. Mungkin saja, karena Lizzy telah membuat kesalahan besar. Ia telah melanggar larangan yang diberikan oleh Thomas kemarin.

Tuan Green kini melangkahkan kakinya meninggalkan Lizzy yang masih terpaku dengan pikirannya. Melihat hal itu, membuat Lizzy buru-buru menahan langkah Tuan Green. Ia  ingin menjelaskan semua kelancangan yang baru saja diperbuatnya.

“Tunggu Tuan!”

Tiga langkah kakinya berhasil menahan lengan Tuan Green. Tapi, ada suatu perasaan aneh mulai mengetuk akal sehat Lizzy. Gadis itu tidak percaya Ia telah melangkahkan kakinya dengan normal. Ia berjalan dengan menggunakan kedua kakinya seperti dulu tanpa rasa sakit. Ia bahkan baru menyadari bahwa tongkat berjalannya telah hilang entah kemana. Lizzy hampir saja berteriak histeris, buru-buru Ia menutup mulutnya dengan kedua tangannya.

Lizzy mencoba sekali lagi melangkahkan kakinya untuk menyakinkan dirinya sendiri. Berhasil, Ia bisa mendaratkan telapak kakinya dengan sempurna. Tidak terasa air mata mulai memenuhi pelupuk matanya. Lizzy melompat-lompat bahagia karena keajaiban ini. Apa sekarang Ia bisa berjalan normal?. Lizzy bahkan sampai  melupakan seseorang yang sedang berada di hadapannya itu.

“Kau bisa berjalan normal karena ini bukanlah dunia asli, Elizabeth.”

Mendengar nama aslinya disebut membuat Lizzy mendongak untuk menatap Tuan Green. Mata tajam Tuan Green berhasil beradu dengan tatapan gadis itu. Tunggu, bagaimana Tuan Green tahu nama aslinya?. Seingatnya, Ia bahkan belum sempat memperkenalkan dirinya dengan layak kepada siapapun di toko itu termasuk Thomas. Lizzy seperti meminta penjelasan lebih lanjut dari ucapan Tuan Green tadi.

“Kau saat ini berada di dalam dunia yang berbeda. Ingatlah, udara yang kau hirup, tanah yang kau pijak, dan waktu yang kau lalui ini bukanlah hal yang nyata!”

Kegembiraan itu dalam sekejap berubah menjadi kekecewaan karena kata-kata yang terlontar dari pria di hadapannya itu. Tuan Green benar-benar mematahkan perasaan Lizzy. Gadis itu mulai melihat ke sekelilingnya. Lizzy baru menyadari bahwa semua hal yang Ia lihat tadi berhenti di tempat seperti di film-film pengendali waktu. Kepalanya semakin berat karena menerima semua hal tidak masuk akal ini dalam sekali waktu. Tatapan Lizzy semakin berkunang-kunang dan seketika Ia ambruk begitu saja. Tuan Green buru-buru menangkap tubuh Lizzy agar tidak terjatuh ke tanah. 

“Tuan!. Aku berhasil menemukan keberadaan Tuan Tur … oh tidak!!!”

Thomas terkejut melihat pemandangan di hadapannya itu. Pegawai baru itu tengah pingsan di dekapan Tuan Green. Tapi, ada hal yang membuat Thomas lebih terkejut adalah bagaimana bisa gadis itu berada di sini?. Tuan Green menatap Thomas memberi isyarat untuk segera membantunya memindahkan tubuh gadis di hadapan mereka itu. Thomas mengangguk mengerti dan mulai menghampiri Tuan Green.

“Apa kita akan membawanya kembali Tuan?”

“Tidak, bawa dia ke kediamanku Thomas. Gadis itu terlanjur mengetahui rahasia kita. Biarkan gadis itu  menuntaskan apa yang telah Ia perbuat.” 


***

Lizzy terbangun dan mendapati wajah Thomas tepat berada di hadapannya. Gadis itu berteriak histeris dan refleks mendorong tubuh pria malang tersebut hingga tersungkur ke lantai. Gadis itu menyilangkan kedua tangannya tepat di depan dadanya.

“Apa yang ingin kau lakukan?!”

“Tuan Green menyuruhku untuk memeriksa keadaanmu,” jawab Thomas sambil memegangi pantatnya yang kesakitan karena terbentur dinginnya lantai.

Lizzy masih memberikan tatapan tidak percaya dengan ucapan pria di hadapannya itu. Meskipun Thomas terlihat lebih muda darinya bukan berarti pria itu tidak memiliki pemikiran macam-macam tentang seorang wanita.

“Sungguh!. Jika kau tidak percaya tanyakan sendiri kepada Tuan Green!” timpal Thomas lagi sambil menunjuk ke sudut ruangan.

Lizzy mengikuti arah telunjuk Thomas dan mendapati Tuan Green sedang duduk santai sambil membaca bukunya. Seolah-olah, Ia tidak terganggu sama sekali dengan pertengkaran Lizzy dan Thomas. Mata Lizzy membulat. Buru-buru Lizzy beranjak dari ranjang empuk tersebut dan berlari kecil menuju Tuan Green. Pegawai mana yang berani-beraninya tertidur di hadapan bosnya.

“Ma… ma… maafkan aku Tuan,” ucap Lizzy sambil tertunduk lesu.

Gadis itu berusaha menampilkan raut penuh penyesalan agar Tuan Green merasa iba kepada dirinya. Sesekali Ia merapikan seragam sekolahnya yang tampak kusut. Pria berwajah tegas itu hanya menautkan alisnya mendengar pernyataan maaf dari Lizzy. Ia seperti ingin mendengar ucapan lain selain permintaan maaf dari mulut Lizzy.

“Aku benar-benar menyesal.  Aku, tidak tahu jika cermin itu bisa mem ….”

“Permintaan maaf diterima.”

Mendengar kalimat itu membuat Lizzy sedikit merasa lega. Tapi, tatapan Tuan Green tetap mengganggu Lizzy. Tatapan itu tidak mengisyaratkan sedang memaafkan seseorang. Tuan Green tampak menutup bukunya dan beranjak dari kursi burgundy tersebut. Pria itu semakin mendekat kearah Lizzy. Langkah mengintimidasi tersebut tentunya membuat Lizzy memundurkan langkahnya.

“Karena kau terlanjur di sini, aku akan memberimu tugas yang penting. Dengarkan dengan baik apa yang aku katakan!”


***

Lizzy menatap rumah besar yang semakin mengecil dari pandangannya itu. Ia sedang bergelut dengan pikirannya sendiri berusaha menerima semua hal tidak masuk akal ini. Sebenarnya ada dimana Ia kini?, dan yang paling terpenting siapa sebenarnya Tuan Green dan Thomas?. Apa Ia benar-benar sedang bermimpi?. Namun, jika semua ini hanya mimpi rasanya seperti kenyataan. Sebenarnya masih banyak pertanyaan yang sedang Lizzy rajut dalam pikirannya.

Lizzy kini mengalihkan pandangannya kepada dirinya sendiri yang sedang mengenakan pakaian aneh. Ia terlihat seperti karakter wanita utama dalam film perang dunia yang sering ditonton oleh orang tuanya. Oh, jangan lupakan kendaraan bermesin diesel yang sedang membawanya kini. Tuan Green mencoba mengirimnya entah kemana. Pria itu hanya membekalinya dengan sebuah foto dan sepucuk surat. Lizzy membalikkan foto tersebut dan mendapati potret seorang wanita sedang tersenyuman dengan bahagia. Sebuah nama tertulis di pojok bawah foto tersebut.

“Caroline.”

Thomas yang sedang fokus mengemudikan mobil aneh itu seketika menoleh karena gumaman Lizzy tadi. 

“Dia wanita yang dibicarakan oleh Tuan Green, Elizabeth.”

Mendengar nama aslinya disebut, membuat Lizzy seketika teringat Tuan Green yang juga memanggilnya dengan nama yang sama.

“Tunggu, dari mana kalian tahu nama asliku?. Aku bahkan belum memperkenalkan diriku kepada kalian.”

Thomas hanya terkekeh mendengar pertanyaan Lizzy.

“Itu hal yang mudah bagi kita, terutama bagi Tuan Green.”

“Sejujurnya, aku belum paham dengan semua keadaan ini dan siapa kalian sebenarnya?” tanya Lizzy dengan nada penasaran.

“Satu hal yang pasti Elizabeth, kami bukanlah manusia lagi seperti dirimu,” jawab Thomas sambil mengarahkan pandangannya fokus ke depan.

Lizzy masih belum memahami maksud perkataan Thomas. 

Lihat selengkapnya