Telur Manis

Vina E. Silviana
Chapter #4

Bab 4

Fisa berdiri menghadap pintu mobil. Ia memeriksa setiap bagian tubuhnya di kaca jendela. Memastikan penampilannya cukup baik pagi ini. Hari ini ia ingin tampil tanpa cela sedikitpun.

Kaki dengan sepasang sepatu hak tinggi berwarna hitam itu melangkah masuk ke pintu utama. Beberapa orang tampak berjalan hilir mudik di sekitarnya. Fisa sudah terbiasa untuk tak saling menyapa dengan mereka. Bukan tak ingin, tapi tak ada yang pernah memulai, termasuk dirinya sendiri.

           “Pagi, Bu,” ucap seseorang yang melintas cepat dari arah depan. Fisa segera menengok ke belakang. Sosok berseragam biru yang tampak buru-buru itu sedikit menoleh dengan senyuman ke arah Fisa.

           Fisa membuka mata lebar-lebar. Beberapa detik setelahnya, bibir merah itu tersenyum singkat. Sosok Darma menghilang di belokan menuju pantry.

           Dia masih keren. Ungkap Fisa dalam hati sembari meneruskan langkahnya.

           Menjelang jam makan siang, Fisa bersandar di dinding dekat kaca. Matanya melihat pada orang yang tengah membawa beberapa kantong plastik hitam di bawah sana. Sosok itu terlihat ramah pada siapapun, termasuk pada security.

           Perempuan itu keluar dari ruangan dan berjalan ke lantai bawah. Sosok Darma yang sedang membagikan makanan melihat ke arah Fisa yang menuruni tangga. Fisa hanya melirik dengan ekor matanya dan berjalan cepat menuju basement.

           Fisa berlari ke mobilnya. Ia langsung mengunci pintu mobil. Kepalanya tertunduk hingga menempel ke setir mobil. Ia menghela napas panjang.

           “Aku ini kenapa? Kenapa malah lari-lari pas lihat Darma? Bukannya tadi memang mau lihat dia?” gumam Fisa. Ia mengangkat dagunya hingga kepalanya naik ke atas.

“Tapi buat apa aku lihat dia?” Fisa termenung.

           Sebuah ketukan di jendela pintu mobil membuat Fisa terkejut hingga bahunya naik. Jantungnya terasa loncat. Ia melihat ke samping. Wajah itu membuatnya lebih terkejut. Diturunkannya kaca mobil. Orang itu tersenyum.

           “Ibu, mau pesan sesuatu untuk makan siang?” tanya Darma.

           Fisa menggeleng-gelengkan kepala dengan cepat sementara mulutnya dikunci rapat-rapat. Darma yang merasa sudah mendapat jawaban langsung mengangguk.

           “Kalau begitu saya duluan,” ucapnya yang langsung pergi.

           Fisa yang melihat Darma dari belakang hanya bisa membisu. Ia lalu menutup kaca jendela dengan perlahan. Ia mengatur napasnya yang terasa tak normal.

***

           Adifisa membaringkan tubuh di ranjang. Ia merasakan seluruh tubuhnya seperti telah dipukul berkali-kali. Ponselnya berdering. Foto Bungi muncul di layar.

           “Hey! Kamu baik-baik aja?” suara Bungi mengisi ruangan saat panggilan itu diangkat. Sosok perempuan dengan piama warna-warni itu memasang wajah cemas saat melihat wajah Fisa yang begitu lelah di atas bantal.

           “Aku baik-baik aja, asal kamu gak terlalu lama buat aku terus megang ponsel di atas wajah kayak gini,” jawab Fisa dengan lemas. Sebelah tangannya lurus ke atas memagangi ponsel.

           “Aku gak suruh kamu untuk ada dalam posisi itu,” Bungi membela diri.

           Fisa memajukan bibir beberapa senti saat Bungi yang tak mau disalahkan. Pelupuk matanya terasa begitu berat menjelang pukul sembilan malam.

           “Bung ...,” panggil Fisa saat Bungi mulai merapikan rambutnya di layar. Fisa hafal betul tingkah Bungi yang selalu memperlakukan layar ponsel sebagai cermin saat melakukan video call dengannya. Bungi hanya menjawab dengan gumaman tak jelas.

           “Kayaknya hari minggu kamu udah bisa ketemu sama Kak Adana,” ucap Fisa. Bungi yang sebelumnya sibuk sendiri langsung memfokuskan diri ke wajah Fisa. Ia setengah tak percaya mendengarnya.

           “Serius, Fis? Demi apa?”

           “Demi kamu jadi personil Girl Band,” jawab Fisa.

           “Aaah ... kamu bikin aku terharu deh! Sayangnya gak pernah kesampaian,” seru Bungi seraya menyimpan salah satu tangannya ke bagian mulut dan hidung.

           “Cita-cita jadi personil girl band, tapi nari sedikit udah encok. Nyanyi sebentar udah batuk. Mana ada personil girl band yang hobi makan tapi jarang olah raga kayak kamu? Udah gitu suka baper kalau ditanya kapan nikah.”

Lihat selengkapnya