Teman 3 Hati

Eva Fadilah
Chapter #2

#2 Happy and Hurt

Dear Heart, Why Him? menjadi novel kesukaannya selama satu tahun ini. Meskipun sudah cukup lama diterbitkan, tapi rasanya Arin masih terbawa perasaan dengan cerita bertemakan friendzone. Bagaimana tidak, ketika muncul rasa suka dan dia hanya menganggap teman disaat yang bersamaan. Sakit rasanya, tapi jangan sampai ia mengalaminya. Akan sulit ia menghadapi tantangannya.

"Lagi baca buku yah?" tanya Daffa. Hah, kenapa dia bisa ada disini?

"Kalau punya mata, pasti bisa liat kan lagi apa?" Arin menjawabnya dengan dingin.

Dia duduk di sampingnya, lalu memandang malas dirinya. "Lo tuh yah, kalau pendiem, jangan akut amat napa!" ketusnya.

Arin tak meresponnya, pura-pura tidak tahu, walaupun ia sudah tahu yang sebenarnya.

"Kemarin lo sengaja kan, ninggalin gue?" curiganya.

Ingin memberi jawaban, tapi kaku dan membiarkannya kesal sendiri pada Arin.

"Percuma ngomong sama patung!" 

Ide jailnya untuk mengerjai Arin akan berjalan mulus. Tapi, apa daya jika ada yang mengetahui tindakannya. 

"Sial!" umpatnya.

Aura, siswi genit itu menggagalkannya. Sejak pertemuan di kelas barunya, Daffa sudah merasa risih karena ia terus mendekatinya tanpa henti saat jam istirahat. 

"Mumpung jamkos, ke rooftop yuk!" Aura merangkul tangannya.

Pikirannya negatif dan membayangkan bila ia berduaan dengannya disana. Cukup, trauma di masa SMP belum terlupakan baginya. Dicium oleh kakak kelas di depan teman-temannya.

"Nggak!!" teriaknya menepis Aura.

Berbeda dengan Arin, ia menyembunyikan wajahnya dibalik buku. Meski di hatinya ada perasaan takut.

"Kenapa sih?" tanya Aura bingung.

Dia mengusirnya, Arin yang dilampiaskannya. Benda kesayangannya dilempar ke atas tanah dan ia hanya bisa melongo.

"Lo kenapa lagi hah?!" 

Digoyang-goyang kan tubuhnya, Arin tak terima jika bukunya sobek sebagian apalagi sampai lembaran. Alhasil, Daffa pun harus mengocek uangnya untuk mengganti bukunya sepulang sekolah nanti.

"Arin, lo dipanggil Bu Hani ke ruang guru!" seru Bobby, laki-laki bertubuh gempal nan bongsor itu.

Dua mata saling bertemu dengan pandangan berbeda. Arin meninggalkan Daffa sendiri di taman membawa bukunya yang sudah rusak.

"Galak juga," gumamnya.

Tak sengaja, ia menginjak sepucuk surat kecil yang sepertinya Arin menjatuhkan tanpa diketahui lagi kini ada di tangan Daffa.

Jangan sampai aku mengalami friendzone seperti kisah Bela dan Dalvin. Aku hanya ingin jatuh cinta apa adanya tanpa terhalang status apapun. 

Lihat selengkapnya